Tuesday, November 26, 2019
BY Muhamad Yoga Firdaus0
Comments
Di dalam kehidupan ini, tentunya kita harus
mengetahui apa yang menjadi tujuan kita. Kemanakah kita akan pergi.
Bagaimanakah cara kita untuk dapat mengarungi kehidupan yang ada dunia ini.
Ada empat pesan Nabi SAW kepada
Abu Dzar, yang hal ini pun berlaku untuk umat Nabi SAW secara umum dan untuk sepanjang zaman. Dinukil dalam kitab Nashaihul 'Ibad, karangan
Syaikh Muhammad bin Umar Nawawi al-Bantani (Imam Nawawi).
Bahwasannya Nabi SAW bersabda, "Wahai Abu Dzar,
perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam, ambilah bekal yang cukup karena
perjalanannya jauh, ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui,
dan ikhlaslah dalam beramal karena Allah Maha Teliti."
Yang pertama, perintah untuk
memperharui perahu berarti menata niat. Niat merupakan hal pokok dalam setiap
perbuatan. Seseorang yang ingin melakukan sesuatu, hendaklah menertibkan rencana dan tujuan yang baik. Selain memantapkan langkah, niat juga membantu seseorang untuk fokus pada
arah yang digariskan, yakni untuk mencari ridha Allah SWT. Seperti yang disabdakan Nabi SAW,
"Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya.” (HR Bukhari).
Yang kedua, Nabi
SAW mengingatkan Abu Dzar dan kita semua tentang usaha untuk menumpuk
perbekalan sesempurna mungkin karena perjalanan akan panjang. Di akhiratlah
berlangsung hari pembalasan atas segenap perilaku kita selama di dunia. Bagi yang tak cukup bekal mereka pun akan
menyesal. Allah SWT berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal
adalah takwa.” (QS al-Baqarah: 197).
Yang ketiga, perintah untuk
meringankan beban bawaan karena terjalnya lereng gunung yang dilintasi.
Perjalanan yang jauh dengan tingkat kesulitan yang tinggi menuntut seseorang
untuk mempertimbangkan barang-barang bawaan saat bepergian. Nabi SAW mendorong umatnya
agar tidak terlalu terpukau pada kehidupan dunia, karena semakin banyak ia
terpukau, semakin banyak pula beban yang akan ditanggungnya di akhirat kelak.
Karena negeri akhirat adalah tempat menghisab segala apa yang dimiliki. Allah
SWT berfirman, “Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya
(kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS al-Ghaasyiyah:
25-26).
Yang terakhir, ikhlas
dalam beramal. Murnikanlah berbuat sesuatu apa pun hanya untuk tujuan mencari ridha Allah. Ikhlas memang tidak menjadi salah satu rukun yang mesti dilakukan, akan tetapi ikhlas adalah “ruh” yang menentukan apakah
suatu amal memiliki nilai di sisi Allah SWT atau tidak. Allah SWT berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” (QS al-Bayyinah: 5).
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan untuk kita semua, agar dapat mengarungi
kehidupan yang ada di dunia ini. Aamiin
Wallahu A’lam