Sehat itu fitrah,
sementara sakit itu 'petaka' yang muncul tiba-tiba. Setiap manusia dilahirkan
dengan fitrah ini. Jadi, riyadhah atau melatih diri hanya dilakukan ketika
kondisi sedang normal. Tak ada gunanya melatih diri yang sedang 'liar'.
Binatang buas, bagaimanapun sudah dididik pada waktu kecil, setelah besar
tetaplah buas.
Dalam setiap diri manusia
terpendam tiga potensi atau kekuatan: nalar, nafsu, dan amarah. Orang yang
diberi kemuliaan ilmu oleh Allah tentang berusaha untuk mengembangkan potensi
nalarnya hingga ke titik sempurna. Sebab, potensi inilah yang menjadikan
manusia lebih utama dalam pandangan Allah dibandingkan dengan binatang,
sekaligus menyerupai malaikat.
Di samping itu, potensi
ini juga menjadi pengendali bagi dua potensi lainnya, yakni potensi nafsu dan
potensi amarah. Kedudukannya dalam diri manusia ibarat penunggang kuda. Karena
itu, ia harus mampu mengendalikan kuda itu ke arah mana yang ia inginkan.
Bahkan, jika perlu, ia bisa memberi pelajaran. Begitulah, potensi nalar mesti
mengungguli potensi lainnya, menggunakan dan menahan sesuai kehendaknya. Inilah
tipe manusia sejati, manusia sebenar-benar manusia.
Melatih diri harus
dilakukan secara perlahan, setahap demi setahap, tak perlu keras-keras atau
terlalu ketat. Biarkan diri kadang ingin, kadang enggan. Namun demikian, upaya
melatih diri ini dapat dibantu dengan berbagai macam cara; banyak bergaul
dengan orang-orang pilihan, menjauhi orang-orang jahat, mengkaji Alquran dan
hadis, merentangkan pikiran ke surga dan neraka, dan meneliti biografi
orang-orang bijak atau ahli zuhud.
Seorang tetangga Malik Ibn
Dinar bercerita, "Suatu malam aku mendengar Malik Ibn Dinar berbicara
sendiri, 'Nah begini seharusnya!' Keesokan paginya, aku bertanya, 'saya lihat
tak seorang pun di rumahmu tadi malam. Lalu, dengan siapa kamu berbicara?' Ia
menjawab, 'Nafsu dalam diriku minta makan, tetapi aku menolaknya. Lalu
kuharamkan ia makan tiga hari tiga malam. Setelah tiga hari terlewati, malamnya
aku menemukan sesobek roti kering. Aku bergegas menghampirinya, dan kukatakan pada
nafsuku, 'Tenanglah! Ini, kamu kuberi sepotong roti basah, makanlah!' Ia
menjawab, 'Cukup!' Dan, aku pun berkata, "Nah, begini!"
Jika nafsu mendapati
dirimu giat, dia akan giat. Tetapi, jika ia mendapati dirimu malas, ia ingin
agar kamu terus malas. Seperti yang diungkap sebuah syair:
Begitu seorang dermawan
Mengenal sifat
kedermawanannya
Ia akan ketagihan dan
takut kehilangan
Cara lain untuk melatih diri
adalah mengintrospeksi setiap perbuatan, perkataan, dosa, dan kekurangan.
Manakala latihan ini sempurna, diri akan memuji jerih payah hang sebelumnya ia
caci-maki.
Berkata Abu Yazid,
"Tak henti-hentinya kusetir diriku menuju Allah seraya menangis, sampai akhirnya
aku ketawa."
Senada dengan itu, seorang
penyair menulis:
Setiap mata terbuka
Tak henti-hentinya kumenangis
dan tertawa
Sampai kubilas bulu mataku
dengan darah
Tetapi setelah itu, jangan
lupa memenuhi apa yang menjadi haknya, antara lain, memenuhi apa saja
keinginannya asal tidak tercela, dan tidak menghalangi tercapainya tujuan Riyadhah.
Sebab, jika semua keinginannya dicegah, hati akan buta, semangat akan mengendor,
ibadah pun dilakukannya dengan terpaksa.
No comments: