BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Al-Qur`an
adalah mu`jizat Nabi Muhammad SAW. yang
hingga kini masih selalu dijaga oleh Allah SWT. Dengan keindahan gaya bahasanya Al-Qur’an mampu membuat
bangsa Arab yang ketika itu telah mencapai puncak kemajuan di bidang sastra, untuk
bertekuk lutut, mereka mengakui akan kebenaran bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan
karena tidak mungkin manusia mampu menciptakan buah karya setinggi Al-Qur’an. Pengakuan mereka itu terlihat secara terungkap ataupun
tersirat.
Kepedulian umat islam dalam upaya memahami Al-Qur’an
sudah mulai tampak sejak maih hidup dan terus berlangsung sampai sekarang.
Selama kurang lebih 15 abad lamanya Al-Qur’an khazanah perpustakaan islam
dipenuhi oleh hasil karya para ulama sebagai upaya pemahaman Al-Qur’an, yaitu
munculnya beribu-ribu kitab tafsir dengan menggunakan metode, pendekatan, dan
corak yang berbeda-beda.
Upaya menjadikan Al-qur’an
sebagai pedoman hidup tidak akan berarti apa-apa tanpa mengetahui makna dan
maksudnya. Karena Al-Qur’an ditulis dengan menggunakan bahasa Arab merupakan
sesuatu yang sangat urgen dalam rangka memahami kandungan-kandungan Al-Qur’an.
Disini akan penulis
jelaskan sedikit uraian tentang makna yang tersirat dalam bahasa Al-Qur`an
menurut tinjauan aspek balaghohnya (keindahan bahasanya), meskipun pembahasan
yang penulis ambil hanyalah seputar masalah tentang kaidah hasyr/qosr.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Al Hasyru wal Ikhtishas?
2. Ada
berapa pembagian Al Hasyru wal Ikhtishas?
3. Bagaimana
cara mengetahui Al Hasyru wal Ikhtishas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui
definisi Al Hasyru wal Ikhtishas.
2. Untuk mengetahui
pembagian Al Hasyru wal Ikhtishas secara rinci.
3. Untuk memudahkan
mencari bentuk Al Hasyru wal Ikhtishas dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2.I. Pengertian
Menurut bahasa dalam kitab
balaghah lil ‘ilmi ma’ani bahwasanya Al Qosru atau Al Hasyru
berasal dari bahasa arab yaituالحبس [1] yang artinya sesuatu yang
terbelenggu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
“Bidadari-bidadari)
yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.” (Q.S. ar-Rahman: 72)
Sedangkan menurut
istilahnya dalam kamus al munawir, menurut kitab Al Itqan fiiulumil
Qur’an lafadz “Al Hasyr” dijelaskan bahwa makna Al Hasyr sama
dengan Al Qasru (pemotongan/pemendekan/pengurangan) yaitu pengkhususan
suatu perkara oleh perkara lainya dengan suatu cara tertentu, atau disebut juga
penetapan hukum yang telah tersebutkan dan meniadakan hukum yang tidak disebutkan.[2]
2.2 Klasifikasi
·
Hasyr Haqiqi
Qasr
yang pengkhususannya berdasarkan fakta dan kenyataannya.
·
Hasyr Idofi
Contoh:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ
Pengkhususan terhadap
risalah dengan disandarkan terhadap sesuatu yang lain akan tetapi maksud dari
risalah tersebut di khususkan kepada satu orang yaitu Muhammad SAW.
Dalam kitab balaghah lil ilmi ma’ani, Hasyr Idofi
terbagi 3 bagian[5]:
1.
Hasyr Ifrad
Apabila yang menyakini perserikatan dalam hukum
diantara yang dikhususkan atas yang berbicara dan selainnya.
إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ
“Sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa.”
2.
Hasyr Qolb
Ketika pembicara meyakini kebalikan hukum yang
ditetapkan dengan cara pengkhususan.
رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ
"Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan."
3.
Hasyr Ta’yin
Apabila ada orang yang berbicara acuh di dalam hukum
diantara yang dikhususkan atas yang berbicara dan yang lainnya.
Sedangkan pembagian hasr dilihat dari unsur utamanya (
maqshur dan maqhur alaih) adalah :
·
Qasr mausuf ala sifat
Sifat yang di khususkan untuk mausuf
Contoh :
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا
لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya (Q.s Az zumar ayat: 3)
·
Qasr sifat ala mausuf
Mausuf yang di khususkan untuk sifat menegaskan pengkhususan
atau peniadaan perkara atau wujud lain
Contoh :
ما فى الدا ر الا محمد
“Dalam suatu rumah kecuali
hanya Muhammad.”
2.3. Metode Membuat Hashr
Untuk menghashr
diperlukan alat untuk membuatnya. Adapun alat membuat hashr yang masyhur itu
ada empat, yaitu :
Istisna
adalah pengecualian dengan sebab-sebabnya (Adawatul
Istisna). Semuanya dibagi
menjadi empat bagian:
1.
Kalimah huruf : Illa
2. Kalimah Isim :
Ghairu dan Siwaa
3. Kalimah Fi’il :
Laisa dan Laa Yakuunu
4. Taraddud antara Fi’il dan Huruf : Khalaa, ‘Aada, Hasyaa
(untuk Hasyaa seringnya disebut
kalimah huruf)
Contoh:
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan
saling menasihati untuk kesabaran.[7]
Contoh Nafi:
ماانت بمسمع من فيالقبور, إن انت الا نذير
“Dan
kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam qubur dapat
mendengar, kamu tidak lain hanyalah seoang pemberi peringatan.” {QS. Al-Fathir, 22-23}[8]
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul.”( Qs ali imran : 144)
وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا اللَّهُ
“Dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah.” (Q.S. Ali Imran: 62)
B. {إنما}
Hendaklah menggunakan kalimah إنما
ditunjukan kepada mukhatab dan jangan meniadakannya “pengguaan innama”[9]
Seperti contoh :
إنما يحشى الله من عباده العلماء
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah diantara Hamba-Hambanya hanyalah para Ulama”. {QS. Al-Fathir, 28}
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ
فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di
sisi Allah-lah pahala yang besar. At- thagabun ayat 15.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah
mereka bertawakal.
C. Meng’athafkan
dengan huruf Athaf Laa .
الارض ثابتة لا متحر الارض ثابتة لا متحركة
“Bumi
itu bergerak tidak tetap”
الخخر بالملم لا بالمال
“Kemuliaan itu dengan ilmu, bukan dengan harta”
D. Mendahulukan
Lafadz yang urutannya di akhir (ma’lum)
Contoh :
ياك نعبد وإياك نستعينا
“Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” {QS.
Al-fatihah, 5}
على الله توكلنا
“Kepada Allah saja kami berserah diri”
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara istilah Al Hasyr bisa diartikan ’’mengkhususkan suatu perkara dengan perkara lain dengan
suatu cara tertentu’’ bisa juga “’menetapkan suatu hukum pada perkara yang
disebutkan dalam kalam dan meniadakan hukum dari
selainnya dengan menggunakan metode khusus “
Al Hasyr dari sisi hakikat dan kenyataan terbagi atas Hasyr Haqiqi dan Hasyr Idofi.
Sedangkan dipandang dari segi mahshur dan mahshur alaih baik yang berupa Haqiqi maupun Idofi, Al Hasyru terbagi atas Hasyr Sifat atas mausuf dan Hasyr Mausuf atas sifatnya
Alat-
alat yang masyhur untuk membuat Al Hasyr ada
empat, yaitu:
1. Nafi dan
Istisna
2. Kata Innama
3. Meng`athafkan
dengan huruf Athaf لا
4. Mendahulukan
lafadz yang urutanya di akhir
3.2 Saran
Meskipun
kami menginginkan kesempurnaan dalam menyusun makalah ini, tetapi
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami miliki dan keterbatasan waktu
bagi kami untuk menguasainya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
As suyuthi jalaludin imam Al Itqon Fii Ulumil Qur’an,2010
Badruddin,Imam , 2004, Kitab Al burhan fii
ulumil Quran, Bekasi: Bairut Lebanon
Balaghah lil
ilmi ma’ani
Kamus Al Munawwir
Shalahuddin, sofwan, 2006, pengantar
memahami Al fiah ibn malik, Jombang: Darul Hikam
Departemen Agama RI, 2008, Al Quran dan
terjemahan, Bandung : Diponegoro
Ismail,2014, uslub al qosru fii quraanil
karim wa atsaru nahwi.
[6]
Jalaludin as-suyuti,al-itqan fi ulumil Quran, 382.
[7]
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya ( Bandung:
Diponegoro,2008), hlm 601
[8]Shalahuddin, Sofwan “Pengantar Memahami
Alfiah Ibn Malik” (Jombang: Darul Hikam,2006).
[9]
Imam Badrudin az-zarkasyi, Al-Burhan fi ulumil Quran, hal.1064.
No comments: