Setiap
penganut agama di muka bumi ini, memiliki suatu kitab yang dianggapnya sebagai
kita suci. Termasuk penganut agama islam, yang meyakini bahwa kitab sucinya
adalah Alquran. Alquran adalah kalam ilahi yang sudah terbukti keotentikannya
di dalam agama islam. Kita sebagai penganut agama islam meyakini bahwasannya
kitab suci Alquran adalah sebagai pedoman kehidupan.
Alquran
adalah kitab suci yang terbebas dari intervensi dan investasi manusia. Baik isi
ataupun redaksi, itu semua berasal dari tuhan, yakni dari Allah Swt. Alquran
diyakini sebagai kitab suci karena sampai hari ini belum ada seorangpun yang
sanggup untuk membuat atau menggati keotentikan Alquran itu sendiri.
Alquran
berisi ajaran yang mana hal itu sesuai dengan fitrah manusia. Tidak ada di
dalamnya hal yang bersifat kontroversial. Kita selaku umat yang meyakini
Alquran sebagai kitab suci dituntut untuk bersikap tepat terhadapnya.
Rasulullah Saw. bersabda, bahwasannya “Siapa saja yang menjadikan Alquran
sebagai imam maka Alquran akan membimbing ia ke dalam surga, tetapi siapa saja
yang menjadikan Alquran sebagai makmum maka Alquran akan mendorong ia ke dalam
neraka.”
Maka
dari itu, siapa saja yang menjadikan Alquran sebagai imam, ditempatkannya
Alquran di depan, dia ikuti petunjuk dan ajarannya, maka Alquran akan
membimbingnya ke dalam surga. Baik surga dunia, maupun surga akhirat. Tetapi
sebaliknya, siapa saja yang menempatkan Alquran di belakangnya, dia belakangi
Alquran, dia belakangi ajaran-ajaran dan perintahnya, dia menuruti hawa
nafsunya dalam kehidupan, maka Alquran akan mendorong ia ke dalam neraka. Baik
neraka dunia, maupun neraka akhirat. Karena semua itu tergantung kepada pilihan
kita.
Rasulullah
Saw. Bersabda, bahwasannya “Barangsiapa yang membaca Alquran, lalu
memperhatikannya, kemudian menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram,
maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga (surga dunia dan surga
akhirat).” Jika kita merenungi hadis ini, maka untuk beriman kepada Alquran
ada tiga cara utama yang harus dilakukan. Pertama dari kata “Barangsiapa
yang membaca Alquran”, artinya siapa saja yang ingin menjadikan
Alquran sebagai imam di dalam kehidupan, maka jalan pertama yang harus ia
tempuh adalah menanamkan kegemaran membaca Alquran. Alquran akan menjadi asing,
Alquran akan menjadi aneh jika terletak di tengah rumah orang islam yang tidak
suka membaca Alquran itu sendiri. Jadi, langkah pertama adalah tanamkanlah
kegemaran membaca Alquran.
Dalam
satu percontohan, Rasulullah Saw. bersabda, bahwasannya “Orang mukmin yang
suka membaca Alquran adalah ibarat buah utrujah. Bau dan wangi, serta rasanya
itu lezat. Orang mukmin yang tidak suka membaca Alquran adalah ibarat buah
kurma. Rasanya memang manis tetapi tidak ada baunya. Orang Munafik yang suka
membaca Alquran adalah ibarat buah roihanah. Bau dan wangi, tetapi rasanya
pahit. Orang munafik yang tidak suka membaca Alquran adalah ibarat buah
hanzolah. Tidak ada bau dan rasanya itu pahit.”
Dalam
hadis diatas berbunyi ”Barangsiapa yang membaca Alquran lalu
memperhatikannya”, maka makna selanjutnya dalam hadits ini adalah kita
harus memperhatikan Alquran setelah membacanya. Pahamilah isi Alquran. Jangan
seperti monyet yang memakai mahkota, ia tertawa girang dan cengengesan tetapi
dia tidak mengerti arti dari kebesaran mahkota yang disandangnya. Kita bangga
akan Alquran, tetapi tidak mengerti isi kandungan yang ada di dalamnya.
Untuk
mengerti rahasia dan seluk-beluk Alquran, maka kita harus bertanya kepada orang
yang mengerti arti dan seluk-beluk Alquran, yaitu para ulama, para kyai dan
para ustadz yang kita ketahui kualitas keilmuannya dan kita yakini loyalitas
dan integritasnya kepada islam. Di sinilah perlunya menghidupkan majlis-majlis
ta’lim. Sebab, jika Alquran dipahami dan diotak-atik menurut kemauan rasio
saja, sedangkan kekuatan rasio manusia itu terbatas, maka di khawatirkan
nantinya akan timbul pendapat-pendapat dimana Alquran disesuaikan dengan otak.
Bukan otak yang mengikuti Alquran, tetapi Alquran yang dituntut untu mengikuti
otak. Itu adalah pemahaman yang keliru.
Langkah
selanjutnya untuk berimam kepada Alquran setelah menanamkan kegemaran membaca
lalu berupaya memahami isinya, yaitu mengamalkannya dalam kehidupan sesuai
dengan kemampuan yang kita miliki. Alquran tidak akan membawa keberkahannya
apabila ajaran yang terkandung di dalamnya kita baca, tetapi kemudian kita
menginjak-injaknya dalam praktek kehidupan. Alquran mengatakan riba dan haram,
tetapi dalam praktek kehidupan kita lebih senang kepada riba dan haram. Alquran
mengajarkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta ukhuwah islamiyah,
tetapi praktek yang kita lakukan malah centang-perenang, malah saling
bertolak-belakang, malah kadang menjegal kawan seiring, menggunting dalam
lipatan, saling ribut sesama manusia, lalu kelemahanpun menjadi kenyataan
dimana-mana. Sekali lagi, Alquran tidak akan membawa berkah apabila Alquran
yang kita baca itu kita injak-injak (artinya tidak kita amalkan). Tentang
pengamalan Alquran ini, Allah berfirman, “Kemudian kami wariskan Al-Qur’an
ini kepada hamba-hamba Kami yang Kami pilih. Diantara mereka ada yang
dzolim kepada diri mereka sendiri, kemudian ada yang muqtasid
(setengah-setengah) dan ada yang berlomba-lomba mengamalkannya atas izin
Allah.”
Jadi,
tiga cara untuk beriman kepada Alquran adalah gemar membaca Alquran, memahami
isi dan ajaran Alquran dan mengamalkan ajaran Alquran dalam kehidupan
sehari-hari. Cintailah Alquran. Bacalah dan jadikan ia sebagai pedoman,
petunjuk serta imam didalam kehidupan ini.
No comments: