Alquran sebagai Imam Kita - Yoga Firdaus

Thursday, November 1, 2018

Alquran sebagai Imam Kita

Alquran sebagai Imam Kita
Setiap penganut agama di muka bumi ini, memiliki suatu kitab yang dianggapnya sebagai kita suci. Termasuk penganut agama islam, yang meyakini bahwa kitab sucinya adalah Alquran. Alquran adalah kalam ilahi yang sudah terbukti keotentikannya di dalam agama islam. Kita sebagai penganut agama islam meyakini bahwasannya kitab suci Alquran adalah sebagai pedoman kehidupan.
Alquran adalah kitab suci yang terbebas dari intervensi dan investasi manusia. Baik isi ataupun redaksi, itu semua berasal dari tuhan, yakni dari Allah Swt. Alquran diyakini sebagai kitab suci karena sampai hari ini belum ada seorangpun yang sanggup untuk membuat atau menggati keotentikan Alquran itu sendiri.
Alquran berisi ajaran yang mana hal itu sesuai dengan fitrah manusia. Tidak ada di dalamnya hal yang bersifat kontroversial. Kita selaku umat yang meyakini Alquran sebagai kitab suci dituntut untuk bersikap tepat terhadapnya. Rasulullah Saw. bersabda, bahwasannya “Siapa saja yang menjadikan Alquran sebagai imam maka Alquran akan membimbing ia ke dalam surga, tetapi siapa saja yang menjadikan Alquran sebagai makmum maka Alquran akan mendorong ia ke dalam neraka.”
Maka dari itu, siapa saja yang menjadikan Alquran sebagai imam, ditempatkannya Alquran di depan, dia ikuti petunjuk dan ajarannya, maka Alquran akan membimbingnya ke dalam surga. Baik surga dunia, maupun surga akhirat. Tetapi sebaliknya, siapa saja yang menempatkan Alquran di belakangnya, dia belakangi Alquran, dia belakangi ajaran-ajaran dan perintahnya, dia menuruti hawa nafsunya dalam kehidupan, maka Alquran akan mendorong ia ke dalam neraka. Baik neraka dunia, maupun neraka akhirat. Karena semua itu tergantung kepada pilihan kita.
Rasulullah Saw. Bersabda, bahwasannya “Barangsiapa yang membaca Alquran, lalu memperhatikannya, kemudian menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, maka Allah akan memasukkan orang itu ke dalam surga (surga dunia dan surga akhirat).” Jika kita merenungi hadis ini, maka untuk beriman kepada Alquran ada tiga cara utama yang harus dilakukan. Pertama dari kata “Barangsiapa yang membaca Alquran”, artinya siapa saja yang ingin menjadikan Alquran sebagai imam di dalam kehidupan, maka jalan pertama yang harus ia tempuh adalah menanamkan kegemaran membaca Alquran. Alquran akan menjadi asing, Alquran akan menjadi aneh jika terletak di tengah rumah orang islam yang tidak suka membaca Alquran itu sendiri. Jadi, langkah pertama adalah tanamkanlah kegemaran membaca Alquran.
Dalam satu percontohan, Rasulullah Saw. bersabda, bahwasannya “Orang mukmin yang suka membaca Alquran adalah ibarat buah utrujah. Bau dan wangi, serta rasanya itu lezat. Orang mukmin yang tidak suka membaca Alquran adalah ibarat buah kurma. Rasanya memang manis tetapi tidak ada baunya. Orang Munafik yang suka membaca Alquran adalah ibarat buah roihanah. Bau dan wangi, tetapi rasanya pahit. Orang munafik yang tidak suka membaca Alquran adalah ibarat buah hanzolah. Tidak ada bau dan rasanya itu pahit.”
Dalam hadis diatas berbunyi ”Barangsiapa yang membaca Alquran lalu memperhatikannya”, maka makna selanjutnya dalam hadits ini adalah kita harus memperhatikan Alquran setelah membacanya. Pahamilah isi Alquran. Jangan seperti monyet yang memakai mahkota, ia tertawa girang dan cengengesan tetapi dia tidak mengerti arti dari kebesaran mahkota yang disandangnya. Kita bangga akan Alquran, tetapi tidak mengerti isi kandungan yang ada di dalamnya.
Untuk mengerti rahasia dan seluk-beluk Alquran, maka kita harus bertanya kepada orang yang mengerti arti dan seluk-beluk Alquran, yaitu para ulama, para kyai dan para ustadz yang kita ketahui kualitas keilmuannya dan kita yakini loyalitas dan integritasnya kepada islam. Di sinilah perlunya menghidupkan majlis-majlis ta’lim. Sebab, jika Alquran dipahami dan diotak-atik menurut kemauan rasio saja, sedangkan kekuatan rasio manusia itu terbatas, maka di khawatirkan nantinya akan timbul pendapat-pendapat dimana Alquran disesuaikan dengan otak. Bukan otak yang mengikuti Alquran, tetapi Alquran yang dituntut untu mengikuti otak. Itu adalah pemahaman yang keliru.
Langkah selanjutnya untuk berimam kepada Alquran setelah menanamkan kegemaran membaca lalu berupaya memahami isinya, yaitu mengamalkannya dalam kehidupan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Alquran tidak akan membawa keberkahannya apabila ajaran yang terkandung di dalamnya kita baca, tetapi kemudian kita menginjak-injaknya dalam praktek kehidupan. Alquran mengatakan riba dan haram, tetapi dalam praktek kehidupan kita lebih senang kepada riba dan haram. Alquran mengajarkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta ukhuwah islamiyah, tetapi praktek yang kita lakukan malah centang-perenang, malah saling bertolak-belakang, malah kadang menjegal kawan seiring, menggunting dalam lipatan, saling ribut sesama manusia, lalu kelemahanpun menjadi kenyataan dimana-mana. Sekali lagi, Alquran tidak akan membawa berkah apabila Alquran yang kita baca itu kita injak-injak (artinya tidak kita amalkan). Tentang pengamalan Alquran ini, Allah berfirman, “Kemudian kami wariskan Al-Qur’an ini kepada hamba-hamba Kami yang Kami pilih. Diantara mereka ada yang dzolim kepada diri mereka sendiri, kemudian ada yang muqtasid (setengah-setengah) dan ada yang berlomba-lomba mengamalkannya atas izin Allah.”
Jadi, tiga cara untuk beriman kepada Alquran adalah gemar membaca Alquran, memahami isi dan ajaran Alquran dan mengamalkan ajaran Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Cintailah Alquran. Bacalah dan jadikan ia sebagai pedoman, petunjuk serta imam didalam kehidupan ini.

No comments: