Keberadaan
Al-Qur’an itu sendiri yang bersifat elastis, sehingga diakui dan tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu.
Sejak
pertama kali diturunkan kepada Rasulullah,
Al-Qur’an ternyata memiliki dua aspek. Yakni yang pertama adalah aspek
informatif, dan yang kedua adalah aspek performatif.
Kedua
aspek itu senantiasa melebur di dalam kehidupan ini, terkolaborasikan, dan
berjalan secara beriringan. Dengan adanya kedua hal tersebut, membuat Al-Qur’an
itu sendiri menjadi khalayaknya sesuatu hal yang amazing,
karena Al-Qur’an membuktikan keberadaannya yang sangat kompleks di dalam
kehidupan ini.
Al-Qur’an
itu memang unik, membuat kita pun secara tidak tersadari melakukan segala hal,
yang bersifat informatif dan reformatif.
Dengan
aspek informatifnya, Al-Qur’an melahirkan kitab-kitab tafsir yang ada, dari
masa klasik, hingga masa sekarang ini. Kemudian, dengan aspek performatifnya
pun melahirkan perilaku, kebiasaan, tradisi, ritual, dan hal lainnya yang
korelatif dengan Al-Qur’an itu sendiri.
Ketika
Al-Qur’an menyebar keluar dari tanah Arab, dimana tidak lagi penerima ini
adalah orang-orang yang ingin selalu mengikuti dialek atau kebahasaan Arab,
maka mereka sebenarnya kesulitan terhadap makna bahasa Arab yang digunakan oleh
Al-Qur’an. Tetapi, dengan aspek informatif dan performatif ini mereka merasakan kelonggaran, dan dipermudah,
seperti menelaah Al-Qur’an itu sendiri, hingga menghapalkannya.
No comments: