Hari esok yang selalu menjadi
dambaan untuk kehidupan yang lebih baik.
Di dalam hidup ini, terkadang kita
memang perlu untuk memikirkan apa yang terjadi selanjutnya. Dengan
memikirkannya, kita mempunyai kekuatan untuk bisa mempersiapkan segala hal
untuk kedepannya. Semisal, tanpa disadari, kita pun berangan-angan dan selalu
memikirkan kehidupan apa yang terjadi di hari esok.
Setiap dari kita pasti mempunyai keinginan. Baik berupa cita-cita, harapan dan lain sebagainya. Hal itu yang merangsang kita berangan-angan dan memikirkan kehidupan selanjutnya. Seperti apa kehidupan yang kita alami selanjutnya, apakah lebih baik, atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Terkadang, kita sangat antusias dalam membangun kewaspadaan diri kita sendiri terhadap kehidupan selanjutnya, hingga melupakan hal yang terpenting lainnya daripada itu. Di hari esok, di minggu esok, di bulan esok, bahkan di waktu yang lebih jauh lagi untuk kehidupan selanjutnya. Padahal, hal itu pun yang kita tidak sadari menyiksa diri kita.
Mengkhawatirkan hari esok atau yang semacamnya, bisa membuat diri kita rapuh. Hal itu terjadi karena kita sulit untuk menerima kenyataan yang dijalani saat ini, terburu-buru ingin harapan kita terkabul, bahkan sampai diri kita pun lupa akan bersyukur.
Allah Subnahu Wata’ala berfirman:
Setiap dari kita pasti mempunyai keinginan. Baik berupa cita-cita, harapan dan lain sebagainya. Hal itu yang merangsang kita berangan-angan dan memikirkan kehidupan selanjutnya. Seperti apa kehidupan yang kita alami selanjutnya, apakah lebih baik, atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Terkadang, kita sangat antusias dalam membangun kewaspadaan diri kita sendiri terhadap kehidupan selanjutnya, hingga melupakan hal yang terpenting lainnya daripada itu. Di hari esok, di minggu esok, di bulan esok, bahkan di waktu yang lebih jauh lagi untuk kehidupan selanjutnya. Padahal, hal itu pun yang kita tidak sadari menyiksa diri kita.
Mengkhawatirkan hari esok atau yang semacamnya, bisa membuat diri kita rapuh. Hal itu terjadi karena kita sulit untuk menerima kenyataan yang dijalani saat ini, terburu-buru ingin harapan kita terkabul, bahkan sampai diri kita pun lupa akan bersyukur.
Allah Subnahu Wata’ala berfirman:
يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ
وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ
وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم
بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ ﴿١٤﴾
Artinya: "Orang-orang
munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata:
"Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab:
"Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran
kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga
datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan)
yang amat penipu." (Q.S. al-Hadiid {57}: 14)
Maka dari itu alangkah baiknya kita
membuat takaran untuk diri kita sendiri dengan sewajarnya, memikirkan kehidupan
selanjutnya dengan sewajarnya saja. Dan berusaha untuk selalu mensyukuri
kehidupan yang dijalani saat ini. Jalani kehidupan dengan sebaik mungkin,
dengan berdoa yang diiringi dengan usaha yang maksimal. Agar kita pun akhirnya
dapat percaya diri akan kehidupan selanjutnya.
Wallahua'lam.
No comments: