Riffat
Hassan adalah seorang feminis Muslimah asal Pakistan. Seksama dalam mengkaji
Alquran, sekaligus penghalau jiwa patriarchal.
Riffat
dilahirkan dari keluarga Sayyid kelas atas, bersama lima saudara
laki-laki dan tiga saudara perempuan. Ayahnya
seorang patriarkhi yang sangat dihormati dan sangat disukai karena
rasa sosialisnya. Ibunya adalah anak Hakim Ahmad Shuba, seorang penyair,
dermawan dan ilmuwan yang terkemuka serta kreatif. Ayah dan ibu Riffat
Hassan berasal dari kalangan keluarga paling tua dan paling terkemuka di kota
itu, keduanya merupakan orang tua “yang baik” karena telah memberi jaminan
hidup yang baik. Mereka tinggal di sebuah vila yang luas dengan
sebuah mobil mewah (ketika itu hanya orang kaya saja yang memilikinya),
dan sebuah rumah dengan para pembantu yang melakukan
semua tugas-tugas domestik. Disinilah Riffat Hassan menghabiskan 17
tahun pertama (masa kanak-kanak) dan hidupnya.
17
tahun pertamanya selalu dibayang-bayangi kegelapan laksana mimpi
buruk yang menakutkan karena merasa kesepian dan tiada kebahagiaan.
Ketakutan dan kebingungan selalu melingkupinya di dalam sebuah rumah tangga
dengan masyarakat yang sangat menghormati keluarganya. Alasan
utamanya adalah konflik yang mendalam antara keluarga kedua orang
tuanya, yaitu dalam persoalan pandangan hidup dan tempramen.
Ayahnya
adalah seorang tradisionalis dan patriarchal sejati, bahwa
yang terbaik bagi gadis-gadis adalah kawin diusia 16 tahun dengan seorang
pilihan orang tuanya. Sebaliknya ibunya mempunyai pandangan dan cara hidup
yang bertolak belakang dengan ayahnya. Ibunya tidak mau kompromi dengan
kebudayaan Islam tradisional, Ia menolak kultur yang
meneguhkan inferioritasdan ketundukkan perempuan kepada laki-laki. Dalam
kehidupan rumah tangga orang tuanya, ibunya tidak tunduk pada
ayahnya. Ibunya lebih memperhatikan anak perempuannya daripada anak
laki-lakinya. Dalam pandangan ibunya mendidik perempuan lebih penting
daripada anak laki-laki, karena anak perempuan yang lahir dalam masyarakat
Muslim akan menghadapi rintangan (partiarkhis) yang sangat hebat.
Perbedaan
prinsip kedua orang tuanya, menyebabkan Riffat kecil tumbuh sebagi anak yang
terlalu peka, sangat pemalu, dan sangat kesepian. Ia lebih suka manarik diri
dari dunia luar menuju realitas batin. Dalam dunia ini, ia menemukan tiga
hal yang telah memungkinkannya untuk melepaskan diri dari kehancuran hati dan
kesulitan hidup, yaitu: keyakinan yang kokoh terhadap Tuhan yang Adil dan
Penyayang, seni menulis puisi dan kecintaannya yang mendalam terhadap buku.
Keyakinan kepada Tuhan telah membentuk pendangnnya di masa kanak-kanak, bahwa
hidup adalah jihad fii sabiilillah.
Riffat
Hassan menempuh pendidikan dasar di sekolah campuran di kotanya. Menulis
dan membaca adalah hobi Riffat sejak masa kanak-kanak. Sejak umur belasan tahun
Ia sudah sering menuangkan pikiran-pikirannya lewat puisi dan sonata yang
berisi kritik terhadap kondisi sosio-kultural
masyarakat partiarkhi saat itu. Pada usia 17 tahun Riffat
mengaku memulai perjuangannya sebagai seorang feminis.
Pada
pendidikan tinggi ditempuh di Inggris di St mary’s College University of
Durham, selama tiga tahun lulus dengan predikat kehormatan dalam bidang sastra
Inggris dan filsafat. Dalam usia 24 tahun, Riffat Hassan sudah berhasil
mengantongi gelar Doktor. Selama tujuh tahun di Inggris, akhirnya pulang ke
Pakistan. di rumah sendiri, Ia merasa kesepian yang tak tertahankan. Dalam
keadaan seperti itu, Riffat memutuskan menikah dengan Dawar seorang
laki-laki yang belum mapan. Memasuki dunia perkawinan, Ia menyadari
problem-problem suaminya, yang memiliki pendidikan dan prospek penghasilan lebih
rndah dari pendidikan dan penghasilannya.
Dalam
perjalanan hidupnya, Riffat selalu mengalami kekecewaan. Satu-satunya
alasan untuk tetap tegar, karena Mona panggilan gadis kecilnya, dalam sepuluh
tahun terakhir dan separuh kehidupannya, terjadi persitiwa lain, dan kecelakaan
yang sangat mempengaruhinya, yaitu pernikahannya yang singkat
dengan Mahmoud seorang Muslim Arab Mesir dan anggota gerakan Ikhwanul
Muslimin di Mesir, yang ternyata seorang patriarkhi fanatik, yang selalu
mendasarkan keinginannya atas nama Tuhan dan dengan wewenang Tuhan. Sehingga
Riffat tidak punya hak untuk menolak, karena menolak apa yang menyenangkan hati
suami dalam kultur Islam, sama halnya menolak melakukan apa yang menyenangkan
Tuhan. Perkawinan ini hanya bertahan tiga bulan dan memakan waktu tiga
tahun untuk menyelesaikan penceraiannya.
Riffat
bersyukur pada Tuhan, dengan adanya penglaman yang membakar jiwa inilah,
yang membuat Riffat menjadi feminis dengan ketetapan hati
untuk mengembangkan teologi dalam kerangka tradisi Islam, sehingga mereka yang
disebut laki-laki Tuhan tidak bisa mengeksploitasi perempuan Muslimah atas nama
Tuhan.
Menurut Riffat,
laki-laki dan perempuan diciptakan setara oleh Allah, maka dikemudian hari
tidak bisa menjadi tidak setara. Riffat berpendapat bahwa perempuan itu
tercipta dari tukang rusuk Adam harus ditolak, karena itu semua tidak ada dalam
Al-Qur’an, tapi ada dalam genesis 2. Riffat Hassan memahami dalam Al-Qur’an
surat an-Nisa: 1 bahwa perempuan diciptakan dari gen yang sama dengan
laki-laki. Pemahaman Riffat Hassan selanjutnya merujuk pada surat an-Nisa: 34,
bahwa laki-laki sebagai pemimpin, menurut Riffat qawwamun di situ
diartikan sebagai pemimpin, pemberi nafkah, tetapi dalam kenyataannya sekarang
ini masih ada laki-laki yang tidak bisa dijadikan pemimpin dan pemberi nafkah
untuk isterinya.
Oleh
karena itu, Riffat tidak setuju kalau qawwamun itu sebagai laki-laki,
karena perempuan juga bisa sebagai qawwamun. Laki-laki dan perempuan
itu setara di hadapan Allah, oleh karena itu laki-laki dan perempuan itu harus
saling tolong-menolong, karena perempuan sebagai subordinate,
inferior itu tidak selamanya benar.
Pemikiran
Riffat Hassan tentang kesetaraan gender dilatarbelakangi oleh lingkungan
disekitarnya, karena Ia melihat perempuan tidak mempunyai kebebasan dalam
menentukan hidupnya. Oleh karena itu, Riffat ingin menjungjung tinggi perempuan
dari keterkungkungan kaum laki-laki atau dominasi laki-laki, atas perempuan.
Kekuasaan yang cenderung mempertahankan sistem patriarkhi. Menurut
Riffat Hassan semua itu berakar dari pemahaman yang keliru tentang penciptaan
perempuan yang berasal dari tulang rusuk laki-laki. Riffat Hassan ingin
mendobrak dengan memulai penelitiannya dan mencari sumber yang berakar tentang
asal mula ayat Alquran dan hadis yang menjelaskan tentang ayat tersebut. Karena
semua itu ada dalam genesis 2. Perempuan dan laki-laki diciptakan oleh Allah
setara, oleh karena itu di kemudan hari tidak bisa berubah menjadi tidak
setara, hanya taqwa yang membedakan ketidaksetaraan tersebut.
Dinukil dalam Buku: Isu Kesetaraan Laki-laki
Perempuan, dalam Fatima Mernissi dan Riffat Hasan, Setara di
Hadapan Allah.
No comments: