Falsafah Hidup - Yoga Firdaus

Sunday, May 26, 2019

Falsafah Hidup

Falsafah Hidup
Islam memulangkan kekuasaan kepada Allah belaka, yang Esa di dalam kekuasaan-Nya. Itulah Tauhid, yang mengakui Tuhan hanya Satu. Setelah itu memandang manusia sama derajatnya. Tidak ada kelebihan si anu dan si fulan, semuanya sama di sisi Tuhan; kelebihan seorang diri yang lain hanyalah takwanya, budinya dan kecerdasan akalnya. Bukan kerena pangkat atau harta kekayaan. Tangan si lemah dibimbing sehingga beroleh kekuatan. Diambil hak dari tangan yang kuat, dipindahkan kepada yang lemah, sehingga tegaklah perimbangan.
            Inilah hidup yang dikehendaki Islam. Inilah Falsafah Hidup yang kita kehendaki. Hidup seperti inilah yang dituntut dan dicari oleh ahli-ahli pikir yang insaf di dunia sekarang, inilah “Hak-hak Asasi Manusia”.
            Hidup seperti inilah yang telah menghasilkan beribu-ribu orang mulia dalam islam, yang hidupnya berguna untuk dunia, sampai sampai hari Kiamat. Tatkala kaum muslimin masih berpegang dengan budi pekerti agamanya, tatkala mereka masih mementingkan penyelidikan dalam perkara besar ini, merekalah “garam” dunia. Tidak enak “sambal" dunia kalau dia tidak tercampur dalamnya. Dialah tanah yang subur, tanaman yang menghasilkan buah berlipat ganda. Dialah sumber logam yang mahal. Dialah mata air ilmu pengetahuan yang tinggi.
            Ketika orang lain merasa megah dengan mungkir janji, mereka masih tetap memegang amanah, dan meneguhi kata. Mereka pandang mahal harga kehormatan diri, sehingga lantaran mahalnya, sudi mereka membelinya dengan maut. Mereka pandang amat murah haarga maut, sehingga dengan maut mereka membeli kehormatan.
            Dari sinilah timbul Ghazali, Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, bintang-bintang Filsafat dalam Islam. Dan disinilah timbul Syafi’i, Hanbali, Maliki, Hanafi ahli-ahli syariat yang utama. Dari sinilah timbul bintang-bintang yang memberikan alamat kepada dunia yang tengah berlayar, di mana Timur dan di mana Barat.
            Betapa tidak akan demikian, padahal hikmah, rahasia dan filsafat hayat yang mereka jalankan bersumber daripada ajaran Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah diutus Tuhan dengan kebenaran yang tidak dapat dibanding.
            Kebaikanlah yang ditegakkan,dan kejahatanlah yang diruntuhkan. Kebaikanlah yang diserukan Nabi, sahabat, dan budiman-budiman besar dalam Islam. Itulah yang dididikkan oleh guru,yang diteruskan oleh pemompin. Urat kebaikan itu ialah ikhlas. Cabang-cabang yang tumbuh daripadanya ialah kemenangan, kejayaan, taufik, dan hidayat, cinta dan kasih sayang sesama manusia. Kesukaan berkorban untuk orang lain. Keberkahan dan ketentraman, sakinah dan tuma’ninah. Akhirnya, ialah surga, yang luasnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi orang yang muttaqin. Intinya yang sejati yang lebih dari surga adalah satu. Yaitu keridhaan dari-Nya.
            Lantaran menegakkan kebaikanlah segolongan umat dahulu telah menang, dan telah memperoleh nikmat daripada Tuhan.
Kejahatanlah yang diruntuhkan itulah maksud hidup setiap orang Islam. Dalam perjuangan kita dilahirkan. Di dalam gerak tangis kita mulai membuka mata. Di dalam bendungan ibu kita menggerakkan badan melepaskan ikatan bendung. Lepas dari asuhan ibu, kita merangkak, kita angsur tegak dan kita jatuh, lalu kita tegak lagi dan jatuh lagi. Kemudian tegak lurus untuk pergi berjuang ke medan permainan, lalu ke medan hidup, lalu ke perjuangan dalam batin kita sendiri, menegakkan yang baik melawan yang buruk. Selama hidup kita kerjakan demikian, menjalankan titah Tuhan Yang Maha Esa. Berapa pun yang dapat kita kerjakan, harus kita syukuri. Tiap hari atau masa kita hitunglah laba dan rugi. Sampai kelak datang panggilan. Panggilan yang tidak dapat dita’khirkan walau suatu saat dan tak dapat pula ditaqdimkan walaupun suatu saat. Panggilan yang tak dapat di elakkan oleh setiap yang bernyawa.
Maka terbukalah pintu kubur. Artinya pindahlah kita dari hidup fana kepada hidup baka, dari hidup dunia kepada hidup akhirat.
Kita melengong sebentar kepada alam dunia, kepada bumi yang kecil di dalam lingkungan cakrawala besar. Di sana kita hidup selama ini, dan tidak akan kembali ke sana lagi. Kita teruskan menghadap ke muka. Disana telah menunggu Qadhi yang Maha Adil, yang tidak bersembunyi kepada-Nya segenap perjuangan yang telah kita tempuh, besarnya, dan kecilnya. Di mana tempat kita kalah dan di mana tempat kita menang. Berapa kali kebaikan telah kita tegakkan dan berapa kali kejahatan yang telah kita jatuhkan. Ketika itu berjalanlah soal dan jawab. Berlakulah pertimbangan yang seadil-adilnya. Siapa saja yang berat kebaikannya, bahagialah yang akan dihadapinya, kekal di dalam surga Jannatun Na’im. Jika kejahatan yang memang lebih berat, sedang kebaikan hanya sedikit, gelaplah mukanya. Terbentanglah neraka Jahannam, sampai selesai diterima hukuman yang setimpal
Sekarang kita tuliskan dan sekarang sudah dapat kita teropong, gelapkah yang ada di hadapan kita atau terangkah?
Betapa jua pun kita harus percaya, bahwa kebaikan juga yang menang. Sebab asal-usul kejahatan kita bukan jahat, hanya baik semata. Kalau kejahatan pernah menang, hanya lantaran dorongan nafsu. Bila nafsu telah reda, kebaikan jualah yang kita junjung. Sebab itu, hendaklah kita percaya penuh dengan IMAN, dan baik sangka kepada Tuhan. Itulah FALSAFAH HIDUP.

No comments: