KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, banyak nikmat yang Allah
berikan kepada manusia tetapi sangatlah sedikit yang kita ingat, puji syukur
kita panjatkan kehadirat-NYA, Tuhan semesta alam, yang mana dengan rahmat,
taufik, dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Fawatih Al-Suwar”. Yang mana dalam penyelesaiannya, tentunya tidak lepas dari
kontribusi banyak pihak.
Maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang bersangkutan,
Secara khusus, dosen dan teman-teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan
dukungan yang begitu besar sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik,
meskipun dalam pengharapan yang besar dari penulis menginginkan bahwasanya
makalah ini lepas dari kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini
dapat lebih baik lagi nantinya. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung 19
November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................
1
DAFTAR ISI
.................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 3
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................... 9
C.
Tujuan .................................................................................................. 00
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fawatih Al-Suwar ............................................................. 4
B.
Ragam Redaksi Fawatih As-Suwar ..................................................... 6
C.
Pendapat
Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar ...................................... 6
D.
Hikmah Keberadaan Fawatih Al-Suwar...............................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
3.2 Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................... 23
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Studi atas al quran telah banyak dilakukan
oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat pada zaman
rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki
oleh mereka masing- masing. Al- quran adalah lautan ilmu tidak akan habis
-habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan orientalis pun tidak
ketinggalan untuk mengetahui rahasia di balik teks-teks al quran tersebut. Ada
yng mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan,
historis, Bahasa dan sastra, mengkodifikasian, kemuzijatan, penafsiran dan
telaah hurup-hurupnya, sosio kulturan dan hermeneutika
Salah satu pengkajian, sekaligus
pembuktian kemuzijatan al quran adalah kajian terhadap kata- kata pembuka dan
kata- kata penutup al quran. Surah- surah alquran yang terdiri atas 114 surah,
ternyata di awali dengan beberapa macam pembuka (fawatih al suwar) dan diakhiri
dengan berbagai macam penutup (khawatim al suwar). Pembuka dan penutup ini
memiliki maksud dan tujuan tertentu yang semuannya akan berimplikasi pada
pengungkapan isi suatu surah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan fawatih al-Suwar ?
2.
Bagaimana ragam
redaksi fawatih al-Suwar ?
3.
Bagaimana pendapat
ulama tentang fawatih al-Suwar
4.
Bagaimana fawatih
al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.
Apa saja hikmah
keberadaan fawatih al-Suwar
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan fawatih al-Suwar
2.
Untuk mengetahui
bagaimana ragam redaksi fawatih al-Suwar
3.
Untuk mengetahui pendapat ulama tentang fawatih al-Suwar
4.
Untuk mengetahui
fawatih al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.
Untuk mengetahui apa
saja hikmah keberadaan fawatih al-Suwar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Fawatih al-Suwar
Istilah “fawatih” adalah jamak dari kata
“fatih” yang secara lugowi berarti pembuka. Sedangkan “suwar” adalah jamak dari
kata “surah” sebagai sebutan dari sekumpulan ayat-ayat al quran yang diberi
nama tertentu. Jadi fawatih al suwar berarti pembuka-pembukaan surah, karena
posisinya berada diawal surah- surah al quran.[1]
B.
Ragam
Redaksi Fawatih al-Suwar
a) Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftah bi al-Tsana).
Pujian kepada Allah ada dua macam:
1) Memakai lafadz Hamdalah (الحَمداللّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am, al-Kahfi,
Saba’, Fathir.
2) Memakai
lafadz Tabaraaka (تبارك), terdapat dalam
surat al-Furqon dan al-Mulk.
b) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (al-Ahruf
al-Muqatta’ah). Pembukaan dengan huruf-huruf
ini terdapat dalam 28 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang,
yaitu: ا, ح,
ر, س,
ص, ط,
ع, ق,
ك, ل,
م, ن,
ه, ي
dari rangkaian 14 huruf tersebut terdiri atas kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok
sederhanayangterdiri satu huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu: ص (Shad);
ق(Qaf); dan ن
(al-Qalam).
2) Kelompok
yang terdiri dari dua huruf, terdapat pada sembilan surah, yaitu:حم
(al-Mu’minun, as-Sajjadah, az-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah dan
al-Ahqaf); طس(an-Naml);يس (Yasin); dan طه
(Thaha).
3) Kelompok
yang terdiri dari tiga huruf, terdapat pada 12 surah, yaitu: الم(al-Baqarah,
ali Imran, ar-Rum, Luqman dan Sajdah); الر (Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan al-Hajr);
dan طسم(al-Qashash
dan as-Syu’ara).
4) Kelompok
yang terdiri dari empat huruf, terdapat pada dua surah, yaitu: المر(ar-Ra’d)
dan المص(al-A’raf).
5) Kelompok
yang terdiri dari lima huruf, terdapat pada dua surah, yaitu: كهيعص(Maryam)
dan حمعسق(as-Syura).
c) Pembukaan dengan panggilan (al- Istiftah bi al-Nida) ada tiga
macam terdapat pada sembilan surah sebagai berikut:
1) Panggilan
untuk Nabi pada surat al-Ahzab, at-Tahrim, at-Thalaq(يايهاالنبي) , al-Muzammil (يايهاالمزمل)dan
al-Mudatstsir(يايهاالمدثر) .
2) Nida untuk
orang-orang yang beriman pada surat al-Ma’idah, al-Hujjurat dan al-Mumtahanah(يايهاالذينامنوا) .
3) Nida untuk
orang-orang secara umum pada surat an-Nisa dan al-Hajj(يايهاالناس)
Adapun hikmah
dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi
perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman
kehidupan ini.
d) Pembukaan dengan kalimat berita (al-Jumlah al-Khabariyah) ada
dua macam, yaitu:
1) Kalimat
Nomina (al-Ismiyah), terdapat pada sebelas surat, yaitu: at-Taubah, an-Nur,
as-Zumar, Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah dan
al-Kautsar.
2) Kalimat Verba
(al-Fi’liyah), terdapat pada 12 surat, yaitu: al-Anfal, an-Nahl, al-Qamar,
al-Mu’minun, al-Anbiya, al-Mujadalah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, al-Balad, ‘Abasa,
al-Bayyinah dan at-Takatsur.
e) Pembukaan dengan Sumpah (Qasam) ada dua macam, yaitu:
1) Sumpah
dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surat, yaitu: al-Shoffat, al-Najm,
al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, dan al-Syams.
2) Sumpah
dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3 surat yaitu: al-Dzariyah,
al-Tin, dan al-‘Adiyat.
3) Sumpah
dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yaitu:
al-Lail, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
Adapun hikmah
dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap
bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk
menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa
memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda
sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia
dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda
itu ciptaan Allah.
f) Pembukaan dengan Syarat, ada dua macam di gunakan dalam tujuh
surat, yaitu: at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun,
al-Zalzalah dan an-Nashr.
g) Pembukaan dengan kata kerja perintah, ada enam kata kerja
perintah yang menjadi pembukaan surah-surah al-Qur’an, yaitu: al-‘Alaq, Jin,
al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.
h) Pembukaan dengan pertanyaan, ada dua bentuk yaitu:
1) Pertanyaan positif, digunakan dalam empat
surah, yaitu: ad-Dahr, an-Naba, al-Ghosyiyah dan al-Ma’un.
2) Pertanyaan negatif, hanya terdapat pada dua
surah, yaitu: al-Insyirah dan al-Fil.
i) Pembukaan dengan do’a
1) Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda,
terdapat dalam QS. al-Muthafifin dan QS. al-Humazah.
2)
Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam QS.
al-Lahab.
j) Pembukaan dengan alasan hanya
terdapat pada satu surat, yaitu surat
al-Quraisy.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Fawatih
Al-Suwar
Dari beberapa pembahasan sebelumnya,
terlihat bahwa fawatih al-suwar ada 29
macam, yaitu terdiri dari 13 bentuk. Adapun huruf-huruf yang paling sering
digunakan secara berurutan ialah : alif, lam, mim, ha (ringan), ra, sin, tha,
shad, ha (berat), ya. ‘ain, qaf, nun. Huruf-huruf yang tidak disebutkan
semuanya berjumlah 14.Jadi, itu berarti separuh jumlah huruf hijaiyah
(alfabet).
Fawatih al-suwar ini menjadi bukti
kepada bangsa Arab, bahwa Al-qur’an diturunkan dengan menggunakan
huruf-huruf yang mereka ketahui atau
dalam fawatih al-suwar mereka kenal. Ini juga merupakan teguran keras sekaligus
pembuktian bahwa tidak ada yang mampu membuat semisal Al-qur’an.[9]
Kajian tentang fawatih al-suwar
telah dikembangkan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsyari.Kemudian
diikuti oleh Baidhawi demikian pula Ibnu taimiyyah dan muridnya yang bernama
Al-Hafidz Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan
huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih al-suwar, maka akan kita temukan :
a. Golongan huruf halq (yang suaranya keluar dari
kerongkongan)
b. Golongan huruf mahmusah (yang suaranya
seperti bisikan)
c. Golongan huruf mahjurah ( yang suaranya dikeraskan),
ialah hamzah, miim,lam, ‘ain,thaa, qhaf, ya, nun
d. Golongan huruf
syafahi (suaranya dibibir ) yaitu mim
e. Golongan huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila
dimatikan) yaitu qaf dan tha.
Dalam menyikapi ayat-ayat
mutasyabihat yang terletak pada awal surah, para ulama’ salaf berpendapat bahwa
ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi
segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-qur’an.[10]
Karena kehati-hatian, mereka tidak
berani menafsirkan maupun memberikan pendapat mengenai huruf-huruf tersebut
karena mereka percaya dan meyakini bahwa
Allah sendirilah yang mengetahui tafsir dari huruf-huruf tersebut. Hal ini
menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama’ salaf karena mereka dalam hal
theology pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang ssuci seperti
ungkapannya, ‘istiwa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai,
mempersoalkan hal itu adalah bid’ah. [11]
Sebagaiana yang dikatakan oleh
Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Solih menyatakan : “ huruf awalan itu adalah
rahasia Al-qur’an”.[12] Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib
:
انلكلكتابصفوةصفوةهذاالكتابحروفالتهجي
"Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati
al-Qur’an ini ialah huruf-huruf hijaiyah".
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata :
فىكلكتابسروسرةفىالقرانأوائلاسور
"Di tiap-tiap kitab ada
rahasianya. Rahasia dalam al-Qur’an ialah permulaan-permulaan surah."
Ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas’ud dan empat Khulafaur
rasyidin mereka berpendapat : huruf-huruf awalan yang sesungguhnya adalah ilmu
yang tertutup dan mengandung rahasia yang terselubung yang dikhususkan Allah.
Kajian-kajian tentang Al-qur’an
telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-ilmu tafsir dan ulumul qur’an,
yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak penafsiran suatu ayat bisa jadi berbeda satu dengan yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila Al-qur’an digali lebih dalam lagi, maka
Al-qur’an itu akan semakin hidup.
Untuk lebih jelasnya, kita akan
melihat pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawatih al-suwar,
diantaranya adalah:
- Mufassir dari kalangan
tasawuf
Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatih al-suwar adalah
huruf-huruf yang terpotong-potong yang
masing-masing diambil dari nama Allah atau yang setiap hurufnya
merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan sesudahnya, atau
huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah yang diawali dengan
huruf-huruf terpotong-potong itu.
Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu
abbas (w.65 H) mengenai makna kaf , ha,
ya, ‘ain, shad. Huruf kaf (ك)berasal dari kata karim ( Maha Penyantun),
huruf ha (ه)
berasal dari kata hadin (Maha Penuntun), ya (ي)berasal
dari kata hakim, ’ain (ع ) berasal dari kata
‘alim (Maha Mengetahui), shad (ص)berasal dari kata
shadiq (tidak berdusta). Mengenai tiga huruf awal alif lam ra, Ibnu Abbas
mentakwilkannya dengan annallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf
awalan alif lam mim shad ditakwilkan أنااللةأفصل(Aku adalah Allah yang memutuskan). Selain
itu ada juga orang mentakwilkan tiga huruf awalan tha sin mim dengan thursina
wa Musa (bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah yang masing-masing
diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah nabi yang menerima
Taurat (Musa) di bukit Thursina.
- Mufassir orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang
dari kebenaran adalah dari seorang orientalis yang bernama Noldeke, yang
kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu tidak lain adalah huruf depan dan
huruf belakang dari nama para sahabat nabi. Misalnya, huruf sin adalah nama sa’ad
bin abi waqash, mim adalah huruf depan dari nama al-mughirah, huruf nun adalah
huruf akhir dari nama usman bin affan,dan lain-lain.
- Al-Khuwaibi
Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih
bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain
sebagainya.
- Rasyid Ridha
Ungkapan Rasyid ridha, sedikit
berbeda dengan yang dikemukakan oleh Al-Khuwaibi.Rasyid ridha berpendapat bahwa
tanbih yang dimaksud diatas adalah dihadapkan kepada orang-orang musyrik di
Mekah, kemudian kepada ahli kitab Madinah.
- Mufassir dari kalangan Syi’ah
Kelompok syi’ah berpendapat jika
huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangannya maka akan berarti
صراطعليعلىحق “jalan Ali adalah kebenaran yang kita
pegang teguh”. Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnah, dan
jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan
itu yang juga apabila dihapus ulangannya, dengan mengatakan “ benarlah jalanmu
bersama kaum Ahli Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang
fawatih al-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak
macamnya.Hal ini bisa jadi berdasarkan pendidikan dan ilmu-ilmu yang
dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-qur’an secara lebih
luas.Pada prinsipnya, tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk
melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan ilmu yang mendukung dan
memadai bagi seorang mufassir.
D.
Hikmah keberadaan fawatih al-suwar
Sebagian ulama tafsir memberikan isyarat bahwa hikmah-hikmah ayat
mutasyabihat dalam hal ini adalah fawatih al-suwar yang ada didalam al quran
adalah :
1.
Sebagai
mu’jizat al quran itu sendiri, akal manusia dengan I’tikadnya tentang kebenaran
ayat-ayat mutasyabihat sebagaimana ijuinya badan untuk melakanakannya ibadah,
sebaigamana orang bijak menyusun buku, dia berusaha sebaik mungkin,
kadang-kadang supaya mendapat tanggapan dari muridnya terhadap gurunya.
2.
Sarana
ketundukan akal manusia kepada tuhan-Nya dengan kepasrahan dan pengakuan
keterbatasan akal manusia.
BAB
III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Fawatih
dan kahawatim al-suwar adalah pembahasan
mengenai fawatih al-suwar yakni pembukaan surah dan khawatim al-suwar
yaitu penutupan surah.Dari segi bahasa fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan
surah,dikarenakan posisinya berada diawal surah. Apabila surah diawalai dengan
huruf-huruf hijaiyah, biasanya huruf
tersebut cenderung “menyendiri” yaitu tidak membentuk suatu kalimat.
Dalam
fawatih al-suwar terdapat huruf
muqatha’ah yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Jadi pendapat ulama’
disimpulkan menjaditiga kelompok. Pertama, menyatakan bahwa huruf muqatha’ah
pada permulaan surat, merupakan ayat-ayat mutasyabih yang bentuknya mujmal,
karena apabila diperhatikan maka akan didapati bahwa awalan surah itu terdiri
dari satu sampai lima huruf. Kedua,ada ulama’ yang berpendapat bahwa huruf yang
berada diawal surah itu merupakan ayat-ayat zhanni. Ketiga, Ibnu Hazm
menyatakan bahwa seluruh ayat Al-qur’an itu muhkamat kecuali ayat-ayat
muqatha’ah.
Dalam
konteks dialogis Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an dengan menggunakan bahasa
yang dipahami oleh masyarakat Mekah. Di satu sisi, hal ini menjadi kebanggan
ummat Islam, dan di sisi lain menjadi bukti kemahakuasaan Allah untuk
melemahkan mereka yang berkeinginan menciptakan atau membuat ayat-ayat seperti
Al-qur’an.
2. SARAN
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu
yang penulis miliki. Penulis menerima bimbingan, saran serta kritik dari semua
pihak yang membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstruktif demi
perbaikan makalah ini agar lebih sempurna di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep.
2011. ‘Ulumul Quran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Rosihon, Anwar. 2013. ‘Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Hasbi
Ash-Shiddieqy, Teuku. 2013. Ilmu-ilmu
Al-Qur’an (Ulum Al-Quran). Semarang: Pustaka Rizki Putra
Djalal, A. 2012. Ulumul
Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu
http://www.academia.edu/8480331/FAWATIHUS_SUWAR
[1]
Acep hermawan, ‘ulumul Qur’an ilmu untuk memahami wahyu, remaja
rosdakarya, bandung, 2011 hlm.102
No comments: