KATA PENGANTAR
Pertama-tama
perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
Beriman Kepada Rasul Allah SWT..
Ucapan terima kasih dan
puji syukur kami sampaikan kepada Allah dan semua pihak yang telah membantu
kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun
telah berusaha sebaik mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak
mustahil apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan. Oleh karena itu kami
memohon saran serta kritik yang dapat kami jadikan motivasi untuk
menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
Bandung 05 November 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................
1
DAFTAR ISI
.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Iman
Kepada Rasul Allah........................................................................... 5
2.2 Sifat
wajib yang di miliki Rasul................................................................. 7
2.3 Tugas Nabi dan Rasul................................................................................. 8
2.4 Fungsi
Iman Kepada Nabi dan Rasul......................................................... 8
2.5 Hakikat
Iman Kepada Rasulullah............................................................... 8
2.6 Perilaku Mulia yang Di Cerminkan
oleh orang yang beriman pada Rasul 12
2.7 Hikmah beriman kepada
Rasul-rasul Allah SWT...................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Sebagai mana yang telah
kita ketahui bersama bahwa kita tidak akan lepas dengan apa yang namanya
aturan-aturan yang terkait dengan hidup dan kehidupan kita sebagai umat Islam,
kita berkewajiban untuk mentaati dan mematuhi segala ajarannya.
Sebagai umat islam kita
harus berpegang teguh kepada tali agama Allah swt yaitu al-Qur’an dan
al-Hadits. Dan telah kita ketahui pula banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang
kita jadikan pedoman menjalani kehidupan agar mencapai ridha Allah swt.
Untuk menjadi umat islam
yang sempurna maka kita harus beriman kepada Allah swt dan rasulnya dan
kitab-kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Di kesempatan ini kami
akan membahas tentang penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban
mematuhi Allah dan rasul-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى
رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلاَلاً بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.s An-Nisa : 136 )
Setelah memerintahkan
berbuat adil, dan agar keadilan dapat berkesinambungan dari seseorang dan dapat
terus-menerus ditegakkan, maka dilanjutkannya dengan nasihat yang dapat
mengantar ke arah penegakkan keadilan dan kesinambungannya yaitu memelihara dan
terus-menerus meningkatkan keimanan. Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya pelihara dan asah serta asuh iman itu, demikian juga
iman kepada kitab yang Allah turunkan sekaligus sebelumnya[1]. Barang
siapa yang membawanya kepada nabi-nabi dan barang siapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dari jenis manusia atau
malaikat dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat dengan
kesesatan yang sangat jauh.
Panggilan kepada
orang-orang yang beriman pada awal ayat ini, yang disusul dengan perintah beriman,
ada yang memahaminya dalam arti orang-orang yang beriman, ada yang memahaminya
dalam arti orang-orang yang beriman tetapi ada sesuatu yang kurang dalam
keimanan mereka sehingga ayat ini memerintahkan untuk menyempurnakannya.
Penganut paham ini menyatakan bahwa mereka yang diajak oleh ayat ini adalah
sementara bekas penganut agama Yahudi yang telah masuk Islam tetapi masih
terdapat dalam benak mereka hal-hal yang mereka percayai, yang tidak sejalan
dengan iman Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
Ada juga yang memahami
ayat ini ditujukan kepada orang-orang munafik yang memang keimanan masih sangat
lemah. Selanjutnya seperti terbaca sebelum ini, ada juga yang memahaminya dalam
arti perintah kepada kaum mukminin, agar mempertahankan, bahkan mengasah dan
mengasuh iman mereka, agar dari hari ke hari semakin kuat.
2.1. Iman
Kepada Rasul Allah
Iman kepada Rasul[2] Allah
termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap
umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt.
untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi,
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk
menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt.
untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh
bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi,
sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu
menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas
rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang
artinya:
“ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu
(Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada
mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada
mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang
Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di
antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi
seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka
apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan
adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang
batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang
pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak
pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu
ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ :
يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ
وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ
وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا
(رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai
Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315
orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad )[3]
2.2
Sifat wajib yang di miliki Rasul
Shiddiq (benar). Mereka
selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak
akan berdusta (kadzib).
a.
Amanah, yaitu dapat
dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
b. Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu)
kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya
dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
c.
Fathanah, artinya semua
rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak
mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
Khusus nabi Muhammad
saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan
pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana
tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)
2.3. Tugas
Nabi dan Rasul
Tugas pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi
dan rasul sejak dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW[4] adalah :
a.
Memberi kabar gembira
bagi orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
b. Membimbing umatnya ke jalan yang benar sehingga memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akherat.
c.
Memberi peringatan
kepada orang-orang yang mengingkari-nya.
2.4. Fungsi
Iman Kepada Nabi dan Rasul
Adapun fungsi iman kepada Nabi dan Rasul[5] adalah :
a.
Menambah keimanan
kepada Allah SWT, bahwa Rasul itu benar-benar pilihan Allah.
b. Mengenal Allah SWT dan tata cara beribadah kepada-Nya.
c. Mendorong manusia untuk memiliki kepribadian yang luhur dengan cara
menjadikan Rasulullah sebagai “Uswatun Hasanah”
d. Mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa Rasul Allah untuk disampaikan kepada
umatnya.
e.
Mengamalkan ajaran yang
diberikan oleh Rasulullah.
2.5.
Hakikat Iman Kepada Rasulullah
Diantara nikmat yang
Allah berikan kepada manusia juga seluruh alam adalah diutusnya para Rasul yang
menuntun manusia dari kegelapan menuju Islam.
Setelah beriman kepada Allah U maka kewajiban
berikutnya adalah beriman kepada Rasulullah Muhammad yang menjadi pondasi yang
utama dari agama Islam. Sebab seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas
keimanan pada Allah dan Rasul-Nya. Seorang yang tidak mengimani Rasulullah dan
hanya beriman kepada Allah tidaklah cukup, dan Iman menjadi batal, Sebagaimana
sabda Nabi :
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun ,
menyaksikan bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan RasulNya … (HR. Muslim I/45. Al-Bukhari I/).
Diantara cara beriman kepada Rasulullah adalah sebagai
berikut:
a. Meyakini dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad dan
apa yang oleh beliau bawa, sebagaimana Allah menandaskan tentang ciri orang
bertaqwa:
وَالَّذِيْ جَاءَ
بِالصَّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الزمر : 33)
“Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zumar : 33).
b. Ikhlas mentaati Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi
seluruh larangannya. Allah berfirman:
وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ
تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلاَّ الْبَلغُ الْمُبِينَ (النور :54 )
“Dan jika kamu taat
kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu
melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (An-Nur : 54)
c. Mengikuti ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan cabang
cabangnya sesuai dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas. Allah berfirman:
فَلاَ وَربِّكَ
لاَيُومِنُوْنَ حَتَّى يَحَكِّمُوكَ فِيْمَا شَجَرَبَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَيَجِدُواْ
فِى أَنْفُسِهِمْ حَرَجًامِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيْمَا. (النساء :
65 )
“Maka demi Tuhanmu,
mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka persilisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan , dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa : 65).
d. Mencintai beliau , keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya.
Rasulullah bersabda:
لا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ اَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
“Tidaklah beriman
seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada orang tuanya, anaknya dan
seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
e. Membela dan memperjuangkan ajaran Nabi serta berda’wah demi membebaskan
ummat manusia dari kegelapan/kedhaliman, kebatilan, kemungkaran dan kemaksiatan
menuju kepada cahaya kebenaran. Sebagaimana firman Allah:
فَالَّذِيْنَ أَمَنُواْ
بِهِ وَعَزَرُوهُ وَنَصَرُوْهُ وَتَبَعُواْ النُّوَرَالَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ
أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الأعراف : 157)
“Maka orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang
yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang
beruntung” . (Al-’Araf: 157).
f.
Meneladani akhlaq dan
kepemimpinan Nabi dalam setiap amalnya, Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى
رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُواْ اللهَ وَالْيَوْمِ
الآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب : 21)
“Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
nama Allah (Al-Ahzab:21).
g. Banyak membaca shalawat dan salam kepada beliau terutama setelah disebut
namanya.
h. Waspada dan
berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran Nabi Muhammad seperti
waspada dari syirik, tahayul, bid’ah, khurafat, itulah pernyataan Allah
فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ
يُخَالِفُونَ عَنْ اَمْرِهِ اَنْتُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْيُصِيْبِهُمْ عَذَابٌ
أَلِيْمَ (النور:63).
“Sesungguhnya Allah
telah mengetahui orang-orang yang telah berangsur-angsur pergi diantara kamu
dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
ajaran Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63).
i.
Mensyukuri hidayah
keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat Islam dan
menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan AS-Sunnah
shohihah. Itulah tegaknya agama:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الَّدِيْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَالَّذِيْ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَهِيْمَ وَمُوسَىا وَعِيْسَى
اَنْ أَقِيْمُوا الَّدِيْنَ وَلاَ تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (السورى : 13)
“Dia telah
mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh
dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah karenanya. (Asy-Syura: 13)
2.6 Perilaku mulia yang dicerminkan oleh orang
yang beriman kepada rasul
1. Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah Swt. yang disampaikan rasul-Nya).
Allah Swt.
berfirman:
“...Apa yang
diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukuman-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7)
2. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah Swt.
Firman Allah Swt.:
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...” (Q.S.
an-Nisā : 36)
3. Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan
keahliannya.
Orang-orang yang
beriman kepada rasul tidak akan menjadi orang-orang yang malas bekerja, duduk
berpangku tangan, tidak mau berusaha sehingga hidupnya menjadi beban orang
lain. Mereka menyadari bahwa memenuhi kebutuhan diri sendiri jauh lebih
terhormat daripada karena belas kasihan dan pertolongan orang lain.
4. Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan
Rasulullah saw.
5. Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang
lebih tinggi. Usaha-usaha itu, misalnya seperti berikut:
a. Memelihara dan meningkatkan iman dan
takwa kepada Allah Swt.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani.
c. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan,
peternakan, teknologi, kedokteran, perdagangan, industri, transportasi, dan
ekonomi. Ilmu-ilmu pengetahuan tersebut hendaknya digunakan sebagai bekal dalam
beribadah dan usaha menyejahterakan umat manusia.
Allah Swt. berfirman:
“...niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al- Mujādilah :
11)
6. Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul
tidak sirna.
2.7 Hikmah beriman
kepada Rasul
1. Semakin Sempurna Imannya.
Orang yang beriman kepada
Rasul-rasul Allah Swt. Akan sempurna keimanannya, sebab beriman kepada
Rasul-rasul Allah Swt merupakan salah satu Rukun iman yang wajib di imani.
2. Terdorong untuk Menjadikan Contoh dalam Hidupnya.
Orang yang betul-betul beriman kepada Rasul Allah Swt. Akan terdorong untuk
menjadikan Rasul Allah Swt sebagai contoh dalam kehidupannya. Sebab beriman
kepada Rasul Allah Swt bukan hanya sekedar wajib di percaya saja. Akan tetapi
Rasul Allah Swt merupakan contoh yang baik untuk kita semua dan ynag harus kita
contoh.
3. Terdorong untuk Melakukan Perilaku Sosial yang Baik.
Para Nabi dan Rasul Allah Swt semuamya memiliki sifat sosial yang tinggi.
Oleh sebab itulah orang yang beriman kepada Rasul Allah Swt akan sendirinya
terdorong untuk melakukan perilaku sosial dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Memiliki Teladan dalam Hidupnya.
Firman Allah Swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (QS. al-Ahzab: 21)
5. Mencintai para Rasul dengan Cara Mengikuti dan Mengamalkan Ajarannya[6].
Firman Allah Swt.:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
6. Mengetahui Hakikat Dirinya Bahwa Ia di Ciptakan Allah Swt. untuk
Mengabdi Kepada-Nya.
Firman Allah Swt.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS.
aẓ-Ẓariyat: 56)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Iman kepada Rasul Allah
termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap
umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt.
untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi,
Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk
menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt.
untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh
bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi,
sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu
menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Sifat wajib yang di
miliki Rasul
1). Shiddiq (benar)
2). Amanah
3). Tabligh
4). Fathanah
Tugas Nabi dan Rasul
Tugas pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi
dan rasul sejak dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW adalah :
1)
Memberi kabar gembira
bagi orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
2) Membimbing umatnya ke jalan yang benar sehingga memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akherat.
3)
Memberi peringatan
kepada orang-orang yang mengingkari-nya.
Fungsi Iman Kepada Nabi
dan Rasul
1)
Menambah keimanan
kepada Allah SWT, bahwa Rasul itu benar-benar pilihan Allah.
2) Mengenal Allah SWT dan tata cara beribadah kepada-Nya.
3) Mendorong manusia untuk memiliki kepribadian yang luhur dengan cara
menjadikan Rasulullah sebagai “Uswatun Hasanah”.
4) Mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa Rasul Allah untuk disampaikan kepada
umatnya.
5)
Mengamalkan ajaran yang
diberikan oleh Rasulullah.
5.2 Saran
Kita harus meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus manusia laki-laki terpilih
yang diberi wahyu oleh Allah SWT dan wahyu tersebut harus disampaikan kepada
umatnya sebagai pedoman dan petunjuk hidup, agar hidupnya selamat dari dunia
hingga kelak diakhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Shalut, Muhammad. 1998. Akidah dan Syari’ah
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Aqidah
Islam. Yokyakarta: Mitra Pustaka.
[1]Taurat, Injil, dan
Zabur (Kitab-kitab terdahulu sebelum Al-Quran diturunkan)
[3] (HR. Ahmad no. 22288)
[6] Assunah / Al hadits
No comments: