Friday, April 03, 2020
BY Muhamad Yoga Firdaus0
Comments
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam
mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia,
Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan
Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia Nya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Amtsalul Qur’an” ini, kami susun unuk memenuhi tugas
yang diamanahkan kepada kami pada mata kuliah Ulumul Qur’an serta sebagai
wasilah untuk memperdalam tentang Ulumul Qur’an dan pihak lain yang
berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat sederhana dan fokus
pada pokok bahasan sehingga mudah dipahami dan memiliki ruang
lingkup yang terbatas pada judul diatas.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandung, 22
Februari 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ...............................................................................................................1
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................
2
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .........................................................................................................
3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. ……..……....
3
BAB II
: PEMBAHASAN
A. Pengertian
Amtsalul Qur’an....................................................................................
4
B. Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an...……………………………………...
4
C. Macam-Macam Amstalul
Qur’an ...........................................................................
4
D. Shigot Amtsal Al-Qur’an........................................................................................
6
E. Faedah-Faedah Amtsal Al-Qur’an……………………………………………..
7
F. Fungsi Amtsal Al-Qur’an………………………………………………………
9
G. Pandangan Para Ulama………………………………………………………...
9
BAB III
: PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna yang mengandung semua hal dalam
kehidupan manusia, baik kehidupan dunia yang berupa tuntunan ibadah, pergaulan dalam
keluarga dan masyarakat, cerita-cerita umat terdahulu, maupun kehidupah akhirat
berupa hari kiamat, surga, neraka dan lainnya. Dalam al-Qur’an banyak terdapat
ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu
mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali
ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia
mampu memahaminya.
Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya ilmu
yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia mampu
mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut. Karena itulah
penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut, yaitu Ilmu Amtsal
al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Amtsal Al-Qur’an?
2. Bagaimana sejarah terjadinya
Amstsal Al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam Amtsal
Al-Qur’an?
4. Apa saja sighot-sighot Amtsal
Al-Qur’an?
5. Apa saja faedah-faedah Amtsal
Al-Qur’an?
6. Apa fungsi mempelajari Amtsal Al-Qur’an?
7. Bagimana pendapat para ulama
tentang Amtsal Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Amtsal adalah bentuk jamak dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah
sama dengan syabah, syibh dan syabih, baik
lafaz maupun maknanya.[1]
Amsal menurut
pengertian istilah (terminologi) dirumuskan oleh para ulama yaitu:
1. Menurut
Rasyid Ridha
Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi
kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan
menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
2. Menurut
Ibn Al-Qayyim
Mendefinisikan amtsal Qur’an dengan ”menyerupakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu
yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari
keduanya dengan yang lainnya.”
3. Menurut
Muhammad Bakar Isma’il
Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti’arah, kinayah, atau tasybih.
B. Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an
Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an
ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan
dilanjutkan oleh Imam Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H).
Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim
Al-Jauziyyah (wafat 754 H).
C. Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an
Amtsal didalam
Al-Qur’an ada tiga macam, yaitu :
1. Amtsal Musharrahah
Yang dimaksudkan dengan amsal musharrahah adalah
amsal yang jelas, yakni yang jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata
yang menunjukkan penyerupaan (tasybih), contohnya:[2]
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا
فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي
النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ
اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ
وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ
اللَّهُ الْأَمْثَال
Artinya:
“Allah telah
menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari
apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat,
ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan
(bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia
tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d
: 17)
Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air yang
turun untuk menghidupkan bumi. Hati diumpamakan sebagai bumi, sedangkan
kehidupan diumpamakan sebagai tumbuh-tumbuhan di bumi. Air yang mengalir di
lembah-lembah selalu menimbulkan buih. Begitulah petunjukan dan cahaya apabila
melewati hati yang dicemari oleh syahwat. Inilah perumpamaan air. Adapun
perumpamaan api terlihat pada wa mimma yuqidun. Apabila logam
dipanaskan, kulitnya akan terkelupas sehingga terlihatlah permata yang
diakibatkan proses pemanasan. Demikian pulalah, hati seorang mukmin yang akan
membuang jauh-jauh dorongan syahwat.[3]
2. Amtsal Kaminah
Yang dimaksud dengan amtsal kaminah adalah
amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata-kata yang menunjukkan
perumpamaan,tetapi kalimat yang menunjukkan makna-makna yang indah, menarik,
dalam kepadatan reaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan
kepada yang serupa dengannya.
Contoh amtsal
kaminah diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: yang artinya sebaik-baik urusan
adalah pertengahannya.
a) Firman Allah mengenai sapi betina:
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…”
(QS Al-Baqarah:68)
b) Firmannya tentang nafkah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula
merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu..” (QS
Al-Isra’:110)
c) Firmannya mengenai infaq:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan
(pula) terlalu mengulurkannya..” (QS Al-Isra’:29)
3. Amtsal Mursalah
Yang dimaksud amtsal mursalah adalah kalimat-kalimat
bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat
itu berlaku sebagai masal.[4]
Contoh amtsal mursalah diantaranya:
a) “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.”
(QS Yusuf:51)
b) “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari
itu selain dari Allah.”
(QS
An-Najm:58)
c) “Telah diputuskan perkara yang kamu
berdua menanyakannya (kepadaku).”
(QS Yusuf:41)
d) “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa
selain orang yang merencanakannya sendiri.” (QS Fatir:43)
e) “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati
mereka terpecah belah.” (QS Al-Hasyr:14)
D. Shighot Amtsal Qur’an
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk :
a. Sighat tasybih yang jelas (tasybih
ash-sharih),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, didalamnay terungkap
kata-kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus :
Artinya
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air
(hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti
perumpamaan.
b. Sighat tasybih yang terselubung (tasybih
adh-dhimni),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau tersembunyi,
di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa al-amtsal, tetapi perumpamaan itu
diketahui dari segi artinya.
Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 yang berarti :
“Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain.
Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati
? maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan),
tetapi arti itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan
menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman
sendiri.
c. Sighat majaz mursal,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan
asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al_hajj yang artinya
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali –
kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang menyembah
dan amat lemah (pulalah) yang disembah .”
d. Sighat majaz Murakkab,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya
diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan yang
telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah
tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau
tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju mundur saja
Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jum’at ayat 5 :
“seperti keledai yang membawa buku tebal-tebal” disini keadaan keledai
yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku
yang tebal-tebal itu.
e. Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah
dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik bentuk ini hamper sama
dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti
sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an
seperti daam ayat 24 QS Yunus yang artinya “Seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin”.
E. Faedah-Faedah
Amtsal Al-Qur’an
1.
Pengungkapan
pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera itu
mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur’an. Contohnya
seperti dalam ayat 264 surah Al-Baqarah yang menggambarkan batalnya pahala
sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu akibat disiram air
hujan deras.
2.
Matsalil Qur’an
dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkonkretkan hal yang abstrak.
Contohnya seperti dalam ayat 275 surah Al-Baqarah yang mengumpamakan
orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa nafsunya, itu diserupakan dengan
orang yang sempoyongan karena kesurupan setan.
3.
Matsalil Qur’an
dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat.
Contohnya seperti dalam ayat 53 surah Al-Mu’minin : “Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka”.
4.
Mendorong orang giat
beramal melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam
Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 261 surah Al-Baqarah, yang bisa
mendorong orang giat bersedekah atau memberi nafkah.
5.
Menghindarkan orang
dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah
dipahami kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya ayat 12 surah Al-Hujarat, yang
bisa menghindarkan orang dari menggunjing orang lain. “ Dan janganlah sebagian
kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik
kepadanya.
6.
Memberikan pujian
kepada pelaku, seperti disebutkan dalam firman Allah pada surat Al-Fath (48)
ayat 29
7.
“Demikianlah
perumpamaan (masal) mereka dalam taurat dan perumpamaan (masal) mereke dalam
injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas
pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (QS
Al-Fath:29).
8.
Amtsal lebih
berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,lebih kuat dalam
memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut
amtsal di dalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
9.
“Dan sungguh kami
telah membuat bagi manusia di dalam Qur’an ini setiap macam perumpamaan (masal)
supaya mereka mendapat pelajaran.” (QS Az-Zumar:27)
10.
“Dan perumpaman-perumpaman
(amtsal) itu kami buat untuk manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali
orang-orang yang berilmu.” (QS Al-Ankabut:43)
F. Fungsi Amtsal Al-Qur’an
Dari berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal Al-Qur’an maka dapat dikatakan
bahwa tujuan dari amtsal adalah :
1.
Agar manusia
menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik.
2.
Untuk dijadikan
sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.
3.
Agar manusia
menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing
ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
G. Pandangan Para Ulama
Di dalam Amtsalil Qur’an terdapat beberapa pendapat para ulama di
antaranya[5]:
1.
Menurut ulama ahli
‘Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang
diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2.
Menurut ulama ahli
Bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena adanya
persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut tasyabih.
3.
Menurut ulama ahli
tafsir adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah,
singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa.
Dan khusus mengenai amtsal mursalah, para ulama berbeda pendapat dalam
menanggapinya.[6]
a. Sebagian para
ulama menganggap amtsal mursalah telah keluar dari etika al-qur’an. Menurut
Ar-Razi ada sebagian orang-orang yang menjadikan ayat lakum dinukum waliyadin
sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah Allah.
Bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini
untuk dijadikan perumpamaan tetapi untuk diteliti, direnungkan dan diamalkan.
b. Sebagian ulama lain
beranggapaan bahwa mempergunakan amtsal mursalah itu boleh saja karena amtsal,
termasuk amtsal mursalah lebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Amtsal adalah bentuk jamak dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah
sama dengansyabah, syibh dan syabih, baik
lafaz maupun maknanya. Orang yang kali
pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin
Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abdul Hasan Ali bin
Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin
Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754 H).
Ada beberapa Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an yaitu amtsal musharrahah,
amtsal kaminah dan amtsal mursalah. Shighot shighot amtsal Al-Qur’an yaitu
Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih), Sighat tasybih yang terselubung
(tasybih adh-dhimni), Sighat majaz mursal, Sighat majaz Murakkab, dan Sighat
isyti’arah tamtsisiliyyah.
Faedah Faedah amtsal Al-Qur’an yaitu, agar manusia menjadikannya sebagai
pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik. Untuk dijadikan
sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.
Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga
mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar
Studi Al-Qur’an, Pustaka Al-Kutsar: Jakarta Timur, 2006
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir,
Pustaka Setia: Bandung. 2000
Al-Khattan, Manna’ Khalil. Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an,PustakaLitera AntarNusa: Jakarta.2001
[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,
Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 2001, hlm 401-402