Fawatih Al-Suwar - Yoga Firdaus

Wednesday, April 1, 2020

Fawatih Al-Suwar

Fawatih Al-Suwar
KATA PENGANTAR
            Alhamdulillahirabbil’alamiin, banyak nikmat yang Allah berikan kepada manusia tetapi sangatlah sedikit yang kita ingat, puji syukur kita panjatkan kehadirat-NYA, Tuhan semesta alam, yang mana dengan rahmat, taufik, dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fawatih Al-Suwar”. Yang mana dalam penyelesaiannya, tentunya tidak lepas dari kontribusi banyak pihak.
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang bersangkutan, Secara khusus, dosen dan teman-teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan dukungan yang begitu besar sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik, meskipun dalam pengharapan yang besar dari penulis menginginkan bahwasanya makalah ini lepas dari kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi nantinya. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.





Bandung 19 November 2017


                                                                                                                       

                                                                                                                                                Penulis
                                                                                       
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................       1
DAFTAR ISI ....................................................................................................       2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................        3
B.     Rumusan Masalah ...............................................................................        9
C.     Tujuan ..................................................................................................      00
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Fawatih Al-Suwar .............................................................        4
B.     Ragam Redaksi Fawatih As-Suwar .....................................................        6
C.     Pendapat Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar ......................................        6
D.    Hikmah Keberadaan Fawatih Al-Suwar...............................................         
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................       21
3.2 Saran...........................................................................................................       22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................       23


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Studi atas al quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat pada zaman rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing- masing. Al- quran adalah lautan ilmu tidak akan habis -habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan orientalis pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia di balik teks-teks al quran tersebut. Ada yng mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan, historis, Bahasa dan sastra, mengkodifikasian, kemuzijatan, penafsiran dan telaah hurup-hurupnya, sosio kulturan dan hermeneutika
Salah satu pengkajian, sekaligus pembuktian kemuzijatan al quran adalah kajian terhadap kata- kata pembuka dan kata- kata penutup al quran. Surah- surah alquran yang terdiri atas 114 surah, ternyata di awali dengan beberapa macam pembuka (fawatih al suwar) dan diakhiri dengan berbagai macam penutup (khawatim al suwar). Pembuka dan penutup ini memiliki maksud dan tujuan tertentu yang semuannya akan berimplikasi pada pengungkapan isi suatu surah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  fawatih al-Suwar ?
2.      Bagaimana ragam redaksi fawatih al-Suwar ?
3.      Bagaimana pendapat ulama tentang fawatih al-Suwar
4.      Bagaimana fawatih al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.      Apa saja hikmah keberadaan fawatih al-Suwar

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  fawatih al-Suwar
2.      Untuk mengetahui bagaimana ragam redaksi fawatih al-Suwar
3.      Untuk mengetahui  pendapat ulama tentang fawatih al-Suwar
4.      Untuk mengetahui fawatih al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.      Untuk mengetahui apa saja hikmah keberadaan fawatih al-Suwar



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fawatih al-Suwar
Istilah “fawatih” adalah jamak dari kata “fatih” yang secara lugowi berarti pembuka. Sedangkan “suwar” adalah jamak dari kata “surah” sebagai sebutan dari sekumpulan ayat-ayat al quran yang diberi nama tertentu. Jadi fawatih al suwar berarti pembuka-pembukaan surah, karena posisinya berada diawal surah- surah al quran.[1]


B.     Ragam Redaksi Fawatih al-Suwar
a) Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftah bi al-Tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam:
1)  Memakai lafadz Hamdalah (الحَمداللّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir.
2) Memakai lafadz Tabaraaka (تبارك), terdapat dalam surat al-Furqon dan al-Mulk.

b) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (al-Ahruf al-Muqatta’ah). Pembukaan dengan huruf-huruf  ini terdapat dalam 28 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yaitu: ا, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي dari rangkaian 14 huruf tersebut terdiri atas kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok sederhanayangterdiri satu huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu: ص (Shad);  ق(Qaf); dan ن (al-Qalam).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat pada sembilan surah, yaitu:حم  (al-Mu’minun, as-Sajjadah, az-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah dan al-Ahqaf);  طس(an-Naml);يس (Yasin); dan طه (Thaha).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat pada 12 surah, yaitu:  الم(al-Baqarah, ali Imran, ar-Rum, Luqman dan Sajdah);  الر (Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan al-Hajr); dan  طسم(al-Qashash dan as-Syu’ara).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  المر(ar-Ra’d) dan  المص(al-A’raf).
5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  كهيعص(Maryam) dan  حمعسق(as-Syura).

c) Pembukaan dengan panggilan (al- Istiftah bi al-Nida) ada tiga macam terdapat pada sembilan surah sebagai berikut:
1) Panggilan untuk Nabi pada surat al-Ahzab, at-Tahrim, at-Thalaq(يايهاالنبي)   , al-Muzammil  (يايهاالمزمل)dan al-Mudatstsir(يايهاالمدثر)  .
2) Nida untuk orang-orang yang beriman pada surat al-Ma’idah, al-Hujjurat dan al-Mumtahanah(يايهاالذينامنوا)   .
3) Nida untuk orang-orang secara umum pada surat an-Nisa dan al-Hajj(يايهاالناس)
Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan ini.

d) Pembukaan dengan kalimat berita (al-Jumlah al-Khabariyah) ada dua macam, yaitu:
1) Kalimat Nomina (al-Ismiyah), terdapat pada sebelas surat, yaitu: at-Taubah, an-Nur, as-Zumar, Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah dan al-Kautsar.
2) Kalimat Verba (al-Fi’liyah), terdapat pada 12 surat, yaitu: al-Anfal, an-Nahl, al-Qamar, al-Mu’minun, al-Anbiya, al-Mujadalah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, al-Balad, ‘Abasa, al-Bayyinah dan at-Takatsur.

e) Pembukaan dengan Sumpah (Qasam) ada dua macam, yaitu:
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surat, yaitu: al-Shoffat, al-Najm, al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, dan al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3 surat yaitu: al-Dzariyah, al-Tin, dan al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yaitu:  al-Lail, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
Adapun hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.

f) Pembukaan dengan Syarat, ada dua macam di gunakan dalam tujuh surat, yaitu: at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun, al-Zalzalah dan an-Nashr.

g) Pembukaan dengan kata kerja perintah, ada enam kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah al-Qur’an, yaitu: al-‘Alaq, Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.

h) Pembukaan dengan pertanyaan, ada dua bentuk yaitu:
1)  Pertanyaan positif, digunakan dalam empat surah, yaitu: ad-Dahr, an-Naba, al-Ghosyiyah dan al-Ma’un.
2)  Pertanyaan negatif, hanya terdapat pada dua surah, yaitu: al-Insyirah dan al-Fil.

i) Pembukaan dengan do’a
1)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda, terdapat dalam QS. al-Muthafifin dan QS. al-Humazah.
2)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam QS. al-Lahab.

j) Pembukaan dengan alasan hanya terdapat pada satu surat, yaitu  surat al-Quraisy.

C.    Pendapat Para Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar
Dari beberapa pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa fawatih al-suwar  ada 29 macam, yaitu terdiri dari 13 bentuk. Adapun huruf-huruf yang paling sering digunakan secara berurutan ialah : alif, lam, mim, ha (ringan), ra, sin, tha, shad, ha (berat), ya. ‘ain, qaf, nun. Huruf-huruf yang tidak disebutkan semuanya berjumlah 14.Jadi, itu berarti separuh jumlah huruf hijaiyah (alfabet).
Fawatih al-suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab, bahwa Al-qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf  yang mereka ketahui atau dalam fawatih al-suwar mereka kenal. Ini juga merupakan teguran keras sekaligus pembuktian bahwa tidak ada yang mampu membuat semisal Al-qur’an.[9]
Kajian tentang fawatih al-suwar telah dikembangkan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsyari.Kemudian diikuti oleh Baidhawi demikian pula Ibnu taimiyyah dan muridnya yang bernama Al-Hafidz Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih al-suwar, maka akan kita temukan :
a.           Golongan huruf halq (yang suaranya keluar dari kerongkongan)
b.         Golongan huruf mahmusah (yang suaranya seperti bisikan)
c.                     Golongan huruf mahjurah ( yang suaranya dikeraskan), ialah hamzah, miim,lam, ‘ain,thaa, qhaf, ya, nun
d.      Golongan huruf syafahi (suaranya dibibir ) yaitu mim
e.                     Golongan huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila dimatikan) yaitu qaf dan tha.
Dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal surah, para ulama’ salaf berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-qur’an.[10]
Karena kehati-hatian, mereka tidak berani menafsirkan maupun memberikan pendapat mengenai huruf-huruf tersebut karena  mereka percaya dan meyakini bahwa Allah sendirilah yang mengetahui tafsir dari huruf-huruf tersebut. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama’ salaf karena mereka dalam hal theology pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang ssuci seperti ungkapannya, ‘istiwa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid’ah. [11]
Sebagaiana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Solih menyatakan : “ huruf awalan itu adalah rahasia Al-qur’an”.[12] Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib :
انلكلكتابصفوةصفوةهذاالكتابحروفالتهجي
"Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati al-Qur’an ini ialah huruf-huruf hijaiyah".
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata :
فىكلكتابسروسرةفىالقرانأوائلاسور
"Di tiap-tiap kitab  ada rahasianya. Rahasia dalam al-Qur’an ialah permulaan-permulaan surah."
Ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas’ud dan empat Khulafaur rasyidin mereka berpendapat : huruf-huruf awalan yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang terselubung yang dikhususkan Allah.
Kajian-kajian tentang Al-qur’an telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-ilmu tafsir dan ulumul qur’an, yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak penafsiran suatu  ayat bisa jadi berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa apabila Al-qur’an digali lebih dalam lagi, maka Al-qur’an itu akan semakin hidup.
Untuk lebih jelasnya, kita akan melihat pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawatih al-suwar, diantaranya adalah:
-  Mufassir dari kalangan tasawuf
Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatih al-suwar adalah huruf-huruf yang terpotong-potong yang  masing-masing diambil dari nama Allah atau yang setiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan sesudahnya, atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah yang diawali dengan huruf-huruf terpotong-potong itu.
 Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu abbas  (w.65 H) mengenai makna kaf , ha, ya, ‘ain, shad. Huruf kaf  (ك)berasal dari kata karim ( Maha Penyantun), huruf ha  (ه) berasal dari kata hadin (Maha Penuntun), ya (ي)berasal dari kata hakim, ’ain (ع ) berasal dari kata ‘alim (Maha Mengetahui), shad (ص)berasal dari kata shadiq (tidak berdusta). Mengenai tiga huruf awal alif lam ra, Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan annallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf awalan alif lam mim shad ditakwilkan  أنااللةأفصل(Aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga orang mentakwilkan tiga huruf awalan tha sin mim dengan thursina wa Musa (bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah yang masing-masing diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah nabi yang menerima Taurat (Musa) di bukit Thursina.

- Mufassir orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang orientalis yang bernama Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama para sahabat nabi. Misalnya, huruf sin adalah nama sa’ad bin abi waqash, mim adalah huruf depan dari nama al-mughirah, huruf nun adalah huruf akhir dari nama usman bin affan,dan lain-lain.
-  Al-Khuwaibi
Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.

- Rasyid Ridha
Ungkapan Rasyid ridha, sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Al-Khuwaibi.Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih yang dimaksud diatas adalah dihadapkan kepada orang-orang musyrik di Mekah, kemudian kepada ahli kitab Madinah.

- Mufassir dari kalangan Syi’ah
Kelompok syi’ah berpendapat jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangannya maka akan berarti صراطعليعلىحق “jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang teguh”. Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga apabila dihapus ulangannya, dengan mengatakan “ benarlah jalanmu bersama kaum Ahli Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang fawatih al-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya.Hal ini bisa jadi berdasarkan pendidikan dan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-qur’an secara lebih luas.Pada prinsipnya, tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan ilmu yang mendukung dan memadai bagi seorang mufassir.

D.    Hikmah keberadaan fawatih al-suwar
Sebagian ulama tafsir memberikan isyarat bahwa hikmah-hikmah ayat mutasyabihat dalam hal ini adalah fawatih al-suwar yang ada didalam al quran adalah :
1.      Sebagai mu’jizat al quran itu sendiri, akal manusia dengan I’tikadnya tentang kebenaran ayat-ayat mutasyabihat sebagaimana ijuinya badan untuk melakanakannya ibadah, sebaigamana orang bijak menyusun buku, dia berusaha sebaik mungkin, kadang-kadang supaya mendapat tanggapan dari muridnya terhadap gurunya.
2.      Sarana ketundukan akal manusia kepada tuhan-Nya dengan kepasrahan dan pengakuan keterbatasan akal manusia.















BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Fawatih dan  kahawatim al-suwar adalah  pembahasan  mengenai fawatih al-suwar yakni pembukaan surah dan khawatim al-suwar yaitu penutupan surah.Dari segi bahasa fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah,dikarenakan posisinya berada diawal surah. Apabila surah diawalai dengan huruf-huruf  hijaiyah, biasanya huruf tersebut cenderung “menyendiri” yaitu tidak membentuk suatu kalimat.
Dalam fawatih al-suwar  terdapat huruf muqatha’ah yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Jadi pendapat ulama’ disimpulkan menjaditiga kelompok. Pertama, menyatakan bahwa huruf muqatha’ah pada permulaan surat, merupakan ayat-ayat mutasyabih yang bentuknya mujmal, karena apabila diperhatikan maka akan didapati bahwa awalan surah itu terdiri dari satu sampai lima huruf. Kedua,ada ulama’ yang berpendapat bahwa huruf yang berada diawal surah itu merupakan ayat-ayat zhanni. Ketiga, Ibnu Hazm menyatakan bahwa seluruh ayat Al-qur’an itu muhkamat kecuali ayat-ayat muqatha’ah.
Dalam konteks dialogis Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat Mekah. Di satu sisi, hal ini menjadi kebanggan ummat Islam, dan di sisi lain menjadi bukti kemahakuasaan Allah untuk melemahkan mereka yang berkeinginan menciptakan atau membuat ayat-ayat seperti Al-qur’an.
2.      SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis menerima bimbingan, saran serta kritik dari semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstruktif demi perbaikan makalah ini agar lebih sempurna di kemudian hari.





DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rosihon, Anwar. 2013. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Hasbi Ash-Shiddieqy, Teuku. 2013. Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Ulum Al-Quran). Semarang: Pustaka Rizki Putra
Djalal, A. 2012. Ulumul Qur’an.  Surabaya: Dunia Ilmu
http://www.academia.edu/8480331/FAWATIHUS_SUWAR




[1] Acep hermawan, ‘ulumul Qur’an ilmu untuk memahami wahyu, remaja rosdakarya, bandung, 2011 hlm.102

No comments: