April 2020 - Yoga Firdaus

Friday, April 3, 2020

Amtsal Al-Qur'an
Friday, April 03, 20200 Comments
Amtsal Al-Qur'an
KATA PENGANTAR
        Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia Nya hingga akhir zaman.
        Makalah yang berjudul “Amtsalul Qur’an” ini, kami susun unuk memenuhi tugas yang diamanahkan kepada kami pada mata kuliah Ulumul Qur’an serta sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Ulumul Qur’an  dan pihak lain yang berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat sederhana  dan fokus pada pokok bahasan  sehingga mudah dipahami  dan memiliki ruang lingkup yang terbatas pada judul diatas.
        Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun  sangat diharapkan untuk perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan  terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami berharap  mudah-mudahan makalah ini bermanfaat  bagi para pembaca. Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.



Bandung, 22 Februari 2018

                                                                                      

                                                                                     Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. ……..…….... 3
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Amtsalul Qur’an.................................................................................... 4
B.  Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an...……………………………………... 4
C.  Macam-Macam Amstalul Qur’an ........................................................................... 4
D.  Shigot Amtsal Al-Qur’an........................................................................................ 6
                        E.  Faedah-Faedah Amtsal Al-Qur’an…………………………………………….. 7
F.  Fungsi Amtsal Al-Qur’an……………………………………………………… 9
G.  Pandangan Para Ulama………………………………………………………... 9
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna yang mengandung semua hal dalam kehidupan manusia, baik kehidupan dunia yang berupa tuntunan ibadah, pergaulan dalam keluarga dan masyarakat, cerita-cerita umat terdahulu, maupun kehidupah akhirat berupa hari kiamat, surga, neraka dan lainnya. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu memahaminya.
Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut. Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut, yaitu Ilmu Amtsal al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Amtsal Al-Qur’an?
2.      Bagaimana sejarah terjadinya Amstsal Al-Qur’an?
3.      Apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an?
4.      Apa saja sighot-sighot Amtsal Al-Qur’an?
5.      Apa saja faedah-faedah Amtsal Al-Qur’an?
6.      Apa fungsi mempelajari Amtsal Al-Qur’an?
7.      Bagimana pendapat para ulama tentang Amtsal Al-Qur’an?

BAB  II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Amtsal adalah bentuk  jamak dari masal. Kata masalmisl dan masil adalah sama dengan syabahsyibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya.[1]
Amsal menurut pengertian istilah (terminologi) dirumuskan oleh  para ulama yaitu:
1.    Menurut Rasyid Ridha
Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang paling dalam.
2.    Menurut Ibn Al-Qayyim
Mendefinisikan amtsal Qur’an dengan ”menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu yang konkret, atau salah satu dari keduanya dengan yang lainnya.”
3.    Menurut Muhammad Bakar Isma’il
Amtsal Al-Qur’an adalah mengumpamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik dengan jalan isti’arah, kinayah, atau tasybih.

B.       Sejarah Perkembangan Amtsal Al-Qur’an
Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754 H).

C.      Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an
Amtsal didalam Al-Qur’an ada tiga macam, yaitu :
1.      Amtsal Musharrahah
Yang dimaksudkan dengan amsal musharrahah adalah amsal yang jelas, yakni yang jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata yang menunjukkan penyerupaan (tasybih), contohnya:[2]

أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا ۚ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ ۚ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً ۖ وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ ۚ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَال
Artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan  dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-Ra’d : 17)
Wahyu yang diturunkan untuk menghidupkan hati diumpamakan dengan air yang turun untuk menghidupkan bumi. Hati diumpamakan sebagai bumi, sedangkan kehidupan diumpamakan sebagai tumbuh-tumbuhan di bumi. Air yang mengalir di lembah-lembah selalu menimbulkan buih. Begitulah petunjukan dan cahaya apabila melewati hati yang dicemari oleh syahwat. Inilah perumpamaan air. Adapun perumpamaan api terlihat pada wa mimma yuqidun. Apabila logam dipanaskan, kulitnya akan terkelupas sehingga terlihatlah permata yang diakibatkan proses pemanasan. Demikian pulalah, hati seorang mukmin yang akan membuang jauh-jauh dorongan syahwat.[3]
2.      Amtsal Kaminah
Yang dimaksud dengan amtsal kaminah adalah amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan,tetapi kalimat yang menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan reaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contoh amtsal kaminah diantaranya:
Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: yang artinya sebaik-baik urusan adalah pertengahannya.
a)      Firman Allah mengenai sapi betina:
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (QS Al-Baqarah:68)
b)      Firmannya tentang nafkah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu..” (QS Al-Isra’:110)
c)      Firmannya mengenai infaq:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu jangan (pula) terlalu mengulurkannya..” (QS Al-Isra’:29)
3.      Amtsal Mursalah
Yang dimaksud amtsal mursalah adalah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal.[4]
Contoh amtsal mursalah diantaranya:
a)     “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS Yusuf:51)
b)    “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah.”
(QS An-Najm:58) 
c)     “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).”
(QS Yusuf:41)
d)    “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.” (QS Fatir:43)
e)     “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah.” (QS Al-Hasyr:14)

D.      Shighot Amtsal Qur’an
Sighat Amtsalil Qur’an terdiri dari beberapa bentuk :
a.    Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, didalamnay terungkap kata-kata mastsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surah Yunus : Artinya
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit.”
Dalam ayat tersebut jelas tampak adanya lafal al-matsal yang berarti perumpamaan.
b.   Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni),
yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung atau tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kaa al-amtsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya.
Contoh QS. Al Hujarat ayat 12 yang berarti :
 “Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.”
Dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata al-matsal (perumpamaan), tetapi arti itu jelas menerangkan perumpaman , yaitu mengumpamamakan menggunjing orang lain yang disamakan dengan makan daging bangkai teman sendiri.
c.    Sighat majaz mursal,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya. Contohya seperti dalam ayat 73 Surat Al_hajj yang artinya
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali – kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakanya. Dan jika lalat-lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah .”
d.   Sighat majaz Murakkab,
yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaanya diambil dari dua hal yang berkaitan, dimana kaitanya adalah perserupamaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang ragu-ragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan saya lihat kamu itu maju mundur saja
Dalam al-qur’an contohnya seperti dalam QS Al – jum’at ayat 5 :
“seperti keledai yang membawa buku tebal-tebal” disini keadaan keledai yang tidak bisa memanfaatkan buku dengan baik, padahal dia yang membawa buku yang tebal-tebal itu.
e.    Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah
dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik bentuk ini hamper sama dengan majas murokkab, karena memang merupakan asalnya. Contohnya seperti sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-qur’an seperti daam ayat 24 QS Yunus yang artinya “Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin”.

   E.     Faedah-Faedah Amtsal Al-Qur’an
1.      Pengungkapan pengertian abstrak dengan bentuk konkret yang dapat ditangkap indera itu mendorong akal manusia dapat mengerti ajaran-ajaran Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 264 surah Al-Baqarah yang menggambarkan batalnya pahala sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu di atas batu akibat disiram air hujan deras.
2.      Matsalil Qur’an dapat mengungkapkan kenyataan dan bisa mengkonkretkan hal yang abstrak. Contohnya seperti dalam ayat 275 surah Al-Baqarah yang mengumpamakan orang-orang makan riba yang ditipu oleh hawa nafsunya, itu diserupakan dengan orang yang sempoyongan karena kesurupan setan.
3.      Matsalil Qur’an dapat mengumpulkan makna indah yang menarik dalam ungkapan yang singkat padat. Contohnya seperti dalam ayat 53 surah Al-Mu’minin : “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka”.
4.      Mendorong orang giat beramal melakukan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam Al-Qur’an. Contohnya seperti dalam ayat 261 surah Al-Baqarah, yang bisa mendorong orang giat bersedekah atau memberi nafkah.
5.      Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam Al-Qur’an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut. Contohnya ayat 12 surah Al-Hujarat, yang bisa menghindarkan orang dari menggunjing orang lain. “ Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.
6.      Memberikan pujian kepada pelaku, seperti disebutkan dalam firman Allah pada surat Al-Fath (48) ayat 29
7.      “Demikianlah perumpamaan (masal) mereka dalam taurat dan perumpamaan (masal) mereke dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).” (QS Al-Fath:29).
8.      Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut amtsal di dalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman:
9.      “Dan sungguh kami telah membuat bagi manusia di dalam Qur’an ini setiap macam perumpamaan (masal) supaya mereka mendapat pelajaran.” (QS Az-Zumar:27)
10.  “Dan perumpaman-perumpaman (amtsal) itu kami buat untuk manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS Al-Ankabut:43)

F.         Fungsi Amtsal Al-Qur’an
Dari berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal Al-Qur’an maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari amtsal adalah :
1.      Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik.
2.      Untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.
3.      Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

G.        Pandangan Para Ulama
Di dalam Amtsalil Qur’an terdapat beberapa pendapat para ulama di antaranya[5]:
1.      Menurut ulama ahli ‘Adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2.      Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan, yang dalam ilmu balaghoh disebut tasyabih.
3.      Menurut ulama ahli tafsir adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa.
Dan khusus mengenai amtsal mursalah, para ulama berbeda pendapat dalam menanggapinya.[6]
a.         Sebagian para ulama menganggap amtsal mursalah telah keluar dari etika al-qur’an. Menurut Ar-Razi ada sebagian orang-orang yang menjadikan ayat lakum dinukum waliyadin sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah Allah. Bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan perumpamaan tetapi untuk diteliti, direnungkan dan diamalkan.
b.        Sebagian ulama lain beranggapaan bahwa mempergunakan amtsal mursalah itu boleh saja karena amtsal, termasuk amtsal mursalah lebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa manusia.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Amtsal adalah bentuk  jamak dari masal. Kata masalmisl dan masil adalah sama dengansyabahsyibh dan syabih, baik lafaz maupun maknanya. Orang yang kali pertama mengarang ilmu amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An-Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abdul Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 754 H).
Ada beberapa Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an yaitu amtsal musharrahah, amtsal kaminah dan amtsal mursalah. Shighot shighot amtsal Al-Qur’an yaitu Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih), Sighat tasybih yang terselubung (tasybih adh-dhimni), Sighat majaz mursal, Sighat majaz Murakkab, dan Sighat isyti’arah tamtsisiliyyah.
Faedah Faedah amtsal Al-Qur’an yaitu, agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik. Untuk dijadikan sebagai teladan yang baik dan perumpamaan yang jelek sedapat mungkin dihindari.
Agar manusia menjadikannya sebagai pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Al-Qur’an, Pustaka Al-Kutsar: Jakarta Timur, 2006
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia: Bandung. 2000
Al-Khattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,PustakaLitera AntarNusa: Jakarta.2001
#



[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an,  Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 2001, hlm 401-402
[2] Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 93-94
[3] Ibid, hlm 95-96
[4] Manna’ Khalil al-Qattan, hlm 407-408
[6] Manna’ Khalil al-Qattan, hlm. 403-404

Read more

Wednesday, April 1, 2020

Fawatih Al-Suwar
Wednesday, April 01, 20200 Comments
Fawatih Al-Suwar
KATA PENGANTAR
            Alhamdulillahirabbil’alamiin, banyak nikmat yang Allah berikan kepada manusia tetapi sangatlah sedikit yang kita ingat, puji syukur kita panjatkan kehadirat-NYA, Tuhan semesta alam, yang mana dengan rahmat, taufik, dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fawatih Al-Suwar”. Yang mana dalam penyelesaiannya, tentunya tidak lepas dari kontribusi banyak pihak.
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang bersangkutan, Secara khusus, dosen dan teman-teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan dukungan yang begitu besar sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik, meskipun dalam pengharapan yang besar dari penulis menginginkan bahwasanya makalah ini lepas dari kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi nantinya. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.





Bandung 19 November 2017


                                                                                                                       

                                                                                                                                                Penulis
                                                                                       
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................       1
DAFTAR ISI ....................................................................................................       2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................        3
B.     Rumusan Masalah ...............................................................................        9
C.     Tujuan ..................................................................................................      00
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Fawatih Al-Suwar .............................................................        4
B.     Ragam Redaksi Fawatih As-Suwar .....................................................        6
C.     Pendapat Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar ......................................        6
D.    Hikmah Keberadaan Fawatih Al-Suwar...............................................         
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................       21
3.2 Saran...........................................................................................................       22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................       23


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Studi atas al quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat pada zaman rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing- masing. Al- quran adalah lautan ilmu tidak akan habis -habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan orientalis pun tidak ketinggalan untuk mengetahui rahasia di balik teks-teks al quran tersebut. Ada yng mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimanan, historis, Bahasa dan sastra, mengkodifikasian, kemuzijatan, penafsiran dan telaah hurup-hurupnya, sosio kulturan dan hermeneutika
Salah satu pengkajian, sekaligus pembuktian kemuzijatan al quran adalah kajian terhadap kata- kata pembuka dan kata- kata penutup al quran. Surah- surah alquran yang terdiri atas 114 surah, ternyata di awali dengan beberapa macam pembuka (fawatih al suwar) dan diakhiri dengan berbagai macam penutup (khawatim al suwar). Pembuka dan penutup ini memiliki maksud dan tujuan tertentu yang semuannya akan berimplikasi pada pengungkapan isi suatu surah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  fawatih al-Suwar ?
2.      Bagaimana ragam redaksi fawatih al-Suwar ?
3.      Bagaimana pendapat ulama tentang fawatih al-Suwar
4.      Bagaimana fawatih al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.      Apa saja hikmah keberadaan fawatih al-Suwar

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  fawatih al-Suwar
2.      Untuk mengetahui bagaimana ragam redaksi fawatih al-Suwar
3.      Untuk mengetahui  pendapat ulama tentang fawatih al-Suwar
4.      Untuk mengetahui fawatih al-Suwar dengan huruf muqaththa’at
5.      Untuk mengetahui apa saja hikmah keberadaan fawatih al-Suwar



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fawatih al-Suwar
Istilah “fawatih” adalah jamak dari kata “fatih” yang secara lugowi berarti pembuka. Sedangkan “suwar” adalah jamak dari kata “surah” sebagai sebutan dari sekumpulan ayat-ayat al quran yang diberi nama tertentu. Jadi fawatih al suwar berarti pembuka-pembukaan surah, karena posisinya berada diawal surah- surah al quran.[1]


B.     Ragam Redaksi Fawatih al-Suwar
a) Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftah bi al-Tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam:
1)  Memakai lafadz Hamdalah (الحَمداللّهِ), terdapat pada 5 surat, yakni al- Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba’, Fathir.
2) Memakai lafadz Tabaraaka (تبارك), terdapat dalam surat al-Furqon dan al-Mulk.

b) Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (al-Ahruf al-Muqatta’ah). Pembukaan dengan huruf-huruf  ini terdapat dalam 28 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yaitu: ا, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي dari rangkaian 14 huruf tersebut terdiri atas kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok sederhanayangterdiri satu huruf, terdapat pada tiga surah, yaitu: ص (Shad);  ق(Qaf); dan ن (al-Qalam).
2) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat pada sembilan surah, yaitu:حم  (al-Mu’minun, as-Sajjadah, az-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah dan al-Ahqaf);  طس(an-Naml);يس (Yasin); dan طه (Thaha).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat pada 12 surah, yaitu:  الم(al-Baqarah, ali Imran, ar-Rum, Luqman dan Sajdah);  الر (Yunus, Hud, Ibrahim, Yusuf dan al-Hajr); dan  طسم(al-Qashash dan as-Syu’ara).
4) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  المر(ar-Ra’d) dan  المص(al-A’raf).
5) Kelompok yang terdiri dari lima huruf, terdapat pada dua surah, yaitu:  كهيعص(Maryam) dan  حمعسق(as-Syura).

c) Pembukaan dengan panggilan (al- Istiftah bi al-Nida) ada tiga macam terdapat pada sembilan surah sebagai berikut:
1) Panggilan untuk Nabi pada surat al-Ahzab, at-Tahrim, at-Thalaq(يايهاالنبي)   , al-Muzammil  (يايهاالمزمل)dan al-Mudatstsir(يايهاالمدثر)  .
2) Nida untuk orang-orang yang beriman pada surat al-Ma’idah, al-Hujjurat dan al-Mumtahanah(يايهاالذينامنوا)   .
3) Nida untuk orang-orang secara umum pada surat an-Nisa dan al-Hajj(يايهاالناس)
Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan ini.

d) Pembukaan dengan kalimat berita (al-Jumlah al-Khabariyah) ada dua macam, yaitu:
1) Kalimat Nomina (al-Ismiyah), terdapat pada sebelas surat, yaitu: at-Taubah, an-Nur, as-Zumar, Muhammad, al-Fath, ar-Rahman, al-Haqqah, Nuh, al-Qadr, al-Qari’ah dan al-Kautsar.
2) Kalimat Verba (al-Fi’liyah), terdapat pada 12 surat, yaitu: al-Anfal, an-Nahl, al-Qamar, al-Mu’minun, al-Anbiya, al-Mujadalah, al-Ma’arij, al-Qiyamah, al-Balad, ‘Abasa, al-Bayyinah dan at-Takatsur.

e) Pembukaan dengan Sumpah (Qasam) ada dua macam, yaitu:
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa, terdapat dalam 8 surat, yaitu: al-Shoffat, al-Najm, al-Mursalat, al-Nazi’at, al-Buruj, al-Thariq, al-Fajr, dan al-Syams.
2) Sumpah dengan benda-benda bawah (bumi), terdapat dalam 3 surat yaitu: al-Dzariyah, al-Tin, dan al-‘Adiyat.
3) Sumpah dengan waktu, terdapat dalam 3 surat yaitu:  al-Lail, al-Dhuha, dan al-‘Ashr.
Adapun hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.

f) Pembukaan dengan Syarat, ada dua macam di gunakan dalam tujuh surat, yaitu: at-Takwir, al-Infithar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun, al-Zalzalah dan an-Nashr.

g) Pembukaan dengan kata kerja perintah, ada enam kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah al-Qur’an, yaitu: al-‘Alaq, Jin, al-Kafirun, al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas.

h) Pembukaan dengan pertanyaan, ada dua bentuk yaitu:
1)  Pertanyaan positif, digunakan dalam empat surah, yaitu: ad-Dahr, an-Naba, al-Ghosyiyah dan al-Ma’un.
2)  Pertanyaan negatif, hanya terdapat pada dua surah, yaitu: al-Insyirah dan al-Fil.

i) Pembukaan dengan do’a
1)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda, terdapat dalam QS. al-Muthafifin dan QS. al-Humazah.
2)   Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja, terdapat dalam QS. al-Lahab.

j) Pembukaan dengan alasan hanya terdapat pada satu surat, yaitu  surat al-Quraisy.

C.    Pendapat Para Ulama Tentang Fawatih Al-Suwar
Dari beberapa pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa fawatih al-suwar  ada 29 macam, yaitu terdiri dari 13 bentuk. Adapun huruf-huruf yang paling sering digunakan secara berurutan ialah : alif, lam, mim, ha (ringan), ra, sin, tha, shad, ha (berat), ya. ‘ain, qaf, nun. Huruf-huruf yang tidak disebutkan semuanya berjumlah 14.Jadi, itu berarti separuh jumlah huruf hijaiyah (alfabet).
Fawatih al-suwar ini menjadi bukti kepada bangsa Arab, bahwa Al-qur’an diturunkan dengan menggunakan huruf-huruf  yang mereka ketahui atau dalam fawatih al-suwar mereka kenal. Ini juga merupakan teguran keras sekaligus pembuktian bahwa tidak ada yang mampu membuat semisal Al-qur’an.[9]
Kajian tentang fawatih al-suwar telah dikembangkan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Zamakhsyari.Kemudian diikuti oleh Baidhawi demikian pula Ibnu taimiyyah dan muridnya yang bernama Al-Hafidz Al-Mizi.
Apabila kita mengklasifikasikan huruf-huruf yang terdapat dalam fawatih al-suwar, maka akan kita temukan :
a.           Golongan huruf halq (yang suaranya keluar dari kerongkongan)
b.         Golongan huruf mahmusah (yang suaranya seperti bisikan)
c.                     Golongan huruf mahjurah ( yang suaranya dikeraskan), ialah hamzah, miim,lam, ‘ain,thaa, qhaf, ya, nun
d.      Golongan huruf syafahi (suaranya dibibir ) yaitu mim
e.                     Golongan huruf qalqalah (suaranya bergerak apabila dimatikan) yaitu qaf dan tha.
Dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat yang terletak pada awal surah, para ulama’ salaf berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak azali sedemikian rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti Al-qur’an.[10]
Karena kehati-hatian, mereka tidak berani menafsirkan maupun memberikan pendapat mengenai huruf-huruf tersebut karena  mereka percaya dan meyakini bahwa Allah sendirilah yang mengetahui tafsir dari huruf-huruf tersebut. Hal ini menjadi suatu kewajaran yang berlaku bagi ulama’ salaf karena mereka dalam hal theology pun menolak terjun dalam pembahasan tentang hal-hal yang ssuci seperti ungkapannya, ‘istiwa Allah adalah cukup diketahui, hal ini harus kita percayai, mempersoalkan hal itu adalah bid’ah. [11]
Sebagaiana yang dikatakan oleh Asy-Sya’bi yang dikutip oleh Subhi Solih menyatakan : “ huruf awalan itu adalah rahasia Al-qur’an”.[12] Hal ini diperjelas dengan perkataan Ali bin Abi Thalib :
انلكلكتابصفوةصفوةهذاالكتابحروفالتهجي
"Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya. Saripati al-Qur’an ini ialah huruf-huruf hijaiyah".
Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata :
فىكلكتابسروسرةفىالقرانأوائلاسور
"Di tiap-tiap kitab  ada rahasianya. Rahasia dalam al-Qur’an ialah permulaan-permulaan surah."
Ahli-ahli hadis menukilkan dari Ibnu Mas’ud dan empat Khulafaur rasyidin mereka berpendapat : huruf-huruf awalan yang sesungguhnya adalah ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang terselubung yang dikhususkan Allah.
Kajian-kajian tentang Al-qur’an telah berkembang sejalan dengan munculnya ilmu-ilmu tafsir dan ulumul qur’an, yang disponsori oleh para mufassir, sehingga corak penafsiran suatu  ayat bisa jadi berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa apabila Al-qur’an digali lebih dalam lagi, maka Al-qur’an itu akan semakin hidup.
Untuk lebih jelasnya, kita akan melihat pendapat atau penafsiran para mufassir tentang fawatih al-suwar, diantaranya adalah:
-  Mufassir dari kalangan tasawuf
Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatih al-suwar adalah huruf-huruf yang terpotong-potong yang  masing-masing diambil dari nama Allah atau yang setiap hurufnya merupakan pengganti dari suatu kalimat yang berhubungan dengan sesudahnya, atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang dikandung oleh surah yang diawali dengan huruf-huruf terpotong-potong itu.
 Misalnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu abbas  (w.65 H) mengenai makna kaf , ha, ya, ‘ain, shad. Huruf kaf  (ك)berasal dari kata karim ( Maha Penyantun), huruf ha  (ه) berasal dari kata hadin (Maha Penuntun), ya (ي)berasal dari kata hakim, ’ain (ع ) berasal dari kata ‘alim (Maha Mengetahui), shad (ص)berasal dari kata shadiq (tidak berdusta). Mengenai tiga huruf awal alif lam ra, Ibnu Abbas mentakwilkannya dengan annallahu araa (Aku Allah mengetahui). Empat huruf awalan alif lam mim shad ditakwilkan  أنااللةأفصل(Aku adalah Allah yang memutuskan). Selain itu ada juga orang mentakwilkan tiga huruf awalan tha sin mim dengan thursina wa Musa (bukit Thursina dan Musa), karena dua buah surah yang masing-masing diawali dengan tiga huruf tersebut mengetengahkan kisah nabi yang menerima Taurat (Musa) di bukit Thursina.

- Mufassir orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang orientalis yang bernama Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surah itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama para sahabat nabi. Misalnya, huruf sin adalah nama sa’ad bin abi waqash, mim adalah huruf depan dari nama al-mughirah, huruf nun adalah huruf akhir dari nama usman bin affan,dan lain-lain.
-  Al-Khuwaibi
Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat-kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam keadaan sibuk dan lain sebagainya.

- Rasyid Ridha
Ungkapan Rasyid ridha, sedikit berbeda dengan yang dikemukakan oleh Al-Khuwaibi.Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih yang dimaksud diatas adalah dihadapkan kepada orang-orang musyrik di Mekah, kemudian kepada ahli kitab Madinah.

- Mufassir dari kalangan Syi’ah
Kelompok syi’ah berpendapat jika huruf-huruf awalan itu dikumpulkan setelah dihapus ulangannya maka akan berarti صراطعليعلىحق “jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang teguh”. Pentakwilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga apabila dihapus ulangannya, dengan mengatakan “ benarlah jalanmu bersama kaum Ahli Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang fawatih al-suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya.Hal ini bisa jadi berdasarkan pendidikan dan ilmu-ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-qur’an secara lebih luas.Pada prinsipnya, tidak menutup kemungkinan bagi mereka, mufassir, untuk melahirkan sebuah tafsir yang dilandaskan dengan ilmu yang mendukung dan memadai bagi seorang mufassir.

D.    Hikmah keberadaan fawatih al-suwar
Sebagian ulama tafsir memberikan isyarat bahwa hikmah-hikmah ayat mutasyabihat dalam hal ini adalah fawatih al-suwar yang ada didalam al quran adalah :
1.      Sebagai mu’jizat al quran itu sendiri, akal manusia dengan I’tikadnya tentang kebenaran ayat-ayat mutasyabihat sebagaimana ijuinya badan untuk melakanakannya ibadah, sebaigamana orang bijak menyusun buku, dia berusaha sebaik mungkin, kadang-kadang supaya mendapat tanggapan dari muridnya terhadap gurunya.
2.      Sarana ketundukan akal manusia kepada tuhan-Nya dengan kepasrahan dan pengakuan keterbatasan akal manusia.















BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Fawatih dan  kahawatim al-suwar adalah  pembahasan  mengenai fawatih al-suwar yakni pembukaan surah dan khawatim al-suwar yaitu penutupan surah.Dari segi bahasa fawatih al-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah,dikarenakan posisinya berada diawal surah. Apabila surah diawalai dengan huruf-huruf  hijaiyah, biasanya huruf tersebut cenderung “menyendiri” yaitu tidak membentuk suatu kalimat.
Dalam fawatih al-suwar  terdapat huruf muqatha’ah yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Jadi pendapat ulama’ disimpulkan menjaditiga kelompok. Pertama, menyatakan bahwa huruf muqatha’ah pada permulaan surat, merupakan ayat-ayat mutasyabih yang bentuknya mujmal, karena apabila diperhatikan maka akan didapati bahwa awalan surah itu terdiri dari satu sampai lima huruf. Kedua,ada ulama’ yang berpendapat bahwa huruf yang berada diawal surah itu merupakan ayat-ayat zhanni. Ketiga, Ibnu Hazm menyatakan bahwa seluruh ayat Al-qur’an itu muhkamat kecuali ayat-ayat muqatha’ah.
Dalam konteks dialogis Allah menurunkan ayat-ayat al-qur’an dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat Mekah. Di satu sisi, hal ini menjadi kebanggan ummat Islam, dan di sisi lain menjadi bukti kemahakuasaan Allah untuk melemahkan mereka yang berkeinginan menciptakan atau membuat ayat-ayat seperti Al-qur’an.
2.      SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Penulis menerima bimbingan, saran serta kritik dari semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstruktif demi perbaikan makalah ini agar lebih sempurna di kemudian hari.





DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rosihon, Anwar. 2013. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Hasbi Ash-Shiddieqy, Teuku. 2013. Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Ulum Al-Quran). Semarang: Pustaka Rizki Putra
Djalal, A. 2012. Ulumul Qur’an.  Surabaya: Dunia Ilmu
http://www.academia.edu/8480331/FAWATIHUS_SUWAR




[1] Acep hermawan, ‘ulumul Qur’an ilmu untuk memahami wahyu, remaja rosdakarya, bandung, 2011 hlm.102

Read more