Filsafat Bohong - Yoga Firdaus

Monday, May 27, 2019

Filsafat Bohong

Filsafat Bohong
Didalam mengkaji bahasan filsafat, terdapat empat perkara yang menjadi masalah utama atau empat perkara yang dicari hakikatnya yaitu berikut ini.
Pertama, mencari yang benar, lawannya yang salah.
Kedua, mencari yang baik, lawannya ialah buruk.
Ketiga, mencari yang indah, lawannya ialah jelek.
Keempat, mencari Yang Suci, atau Yang Mahasempurna, lawannya ialah tidak sempurna.
Jika kita mendalami, perbandingan antara jujur dan bohong dapatlah dicari pada keempat-empat masalah itu, dan jika kita memperkecil area kajiannya, menyisihkan di antara benar dan bohong, dapatlah kita ambil pada filsafat yang pertama, yaitu mencari yang benar dan menjauhi yang salah.
Sikap jujur adalah benar dan bohong adalah salah.
Untuk mengetahui mana yang benar dan menjauhi mana yang salah, kita baiknya mempelajari semua ilmu pengetahuan. Segala ilmu itu mengasah pikiran, seperti ilmu pasti, termasuk ilmu ukur, berhitung (aljabar dan matematika), dan apabila penelitian kita terhadap ilmu alam bertambah dalam, niscaya kita akan menemukan kebenaran.
            Yang sebenarnya ada hanyalah KEBENARAN. Kesalahan itu tidaklah ADA.
Yang benar adalah dua – kali – dua, sama dengan empat (2 x 2 = 4). Bagaimana kita menonjolkan suatu hitungan yang mengatakan bahwa dua – kali – dua sama dengan lima, tidaklah akan bertemu selamanya karena tidak ada. Jika dihitung juga, tetap salah. Karena itu, jika bertambah tinggi kecerdasan seseorang, bertambah sukarlah baginya berdusta karena sangat payahlah mengada-adakan perkara yang tidak ada. Barulah manusia terlepas daripada kepayahan hati karena melawan akal itu, jika dia kembali kepada kebenaran, yaitu mengakui bahwa yang dikatakannya ada itu pada hakikatnya ialah tidak ada.
            Sebab itu, dapat dipastikan bahwa semua perbuatan yang salah adalah bisa dikatakan dusta juga karena ia mendustai kebenaran.
            Seorang pencuri adalah seorang yang membohongi kenyataan, karena dia mengklaim dengan perbuatannya bahwa harta orang lain adalah hartanya.
            Seorang yang boros berbelanja sehingga melebihi uang yang dimilikinya (pendapatannya) adalah seorang yang membohongi kenyataan, karena dia memikulkan beban pada dirinya sendiri yang sebenarnya bukan bebannya.
            Seorang kaya-raya yang bakhil membohongi kenyataan, karena dia tidak mengakui bahwa dirinya tidak dapat bersosialisasi dan meremehkan masyarakat kecil.
            Pendeknya, bukan tutur kata saja bahwa sikap hidup yang menyalahi fakta sebenarnya atau menyalahi yang ada adalah bohong. Semua perkara yang salah dan tidak sesuai dengan fakta sebenarnya,  tidaklah dapat diteruskan.
            Sekali lagi, tidaklah dapat diteruskan, misal kerbau diberi pelana, karena pelana untuk kuda, atau lokomotif ditarik dengan lembu. Apabila kecerdasan kita bertambah tinggi dan sejalan pula dengan perasaan kita yang halus, kitapun mencari dan mencintai fakta yang sebenarnya, mana yang sewajarnya, dan mana yang seimbang.
            Kerbau diberi pelana tidaklah benar.
            Kerbau diberi pelana tidaklah seimbang, artinya tidaklah adil.
            Kerbau diberi pelana tidaklah indah. Kerbau diberi pelana tidaklah sempurna.
Oleh sebab itu, kebenaran sejati ialah keadilan sejati, adalah keindahan sejati, adalah kebaikan sejati dan jauh dari yang sempurna.
            Dusta adalah salah, janggal, buruk dan jauh dari kesempurnaan. Apbila bertemu dengan kedustaan, kacaulah alkal dan budi, dan belum dia merasa senang tenteram selagi belum bertemu yang sebenarnya.
            Ibnu Taimiyah berkata, “Yang salah itu tidak ada hakikatnya.”
            Sebab itu, semua dusta adalah bohong, artinya tidak ada.
            Dan, semua dosa baik besar atau pun dosa kecil adalah kebohongan belaka!
Sebelum bertemu dengan yang sebenarnya, gelisahlah akal mencarinya. Orang yang berbuat bohong dan dusta, ditekanlah dia terus-menerus oleh akal budinya, sampai dia kembali kepada yang sebenarnya. Akan tetapi, orang yang membohongi, artinya mengada-ada yang tidak ada, adalah orang yang tidak beres akalnya atau sakit jiwanya.
            Perlulah orang yang sakit itu diobati sampai sembuh.
            Dengan kesembuhan itu, hilanglah kedustaan dan itulah yang benar.

4 comments: